13

114 9 0
                                    

"Gue menang!" sorak Hazfi ketika lebih awal sampai dan duduk di bangku taman.

"Gak sah, lo main curang."

"Curang dari mana? Kalau kalah ya kalah aja, gak usah cari alasan."

"Lo lari duluan? Dan menurut lo itu bukan suatu kecurangan? Anak TK aja kayaknya tau kalau itu namanya curang."

"Bukan dong, itu namanya taktik kemenangan. Udah lah pokoknya gue gak mau tau lo harus traktir gue karena lo kalah. Anjir capek banget gue." Hazfi menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi taman seraya mengibaskan kerah bajunya karena gerah dan berkeringat.

Juan hanya menghela napas dan melirik malas ke arah Hazfi.

"Ya udah terserah lo aja, gue lagi malas debat. Percuma debat sama lo, gak ada ujungnya."

"Duh, kok gue haus ya? Masa iya pemenang dibiarin kehausan?" ucap Hazfi, pemuda itu dengan sengaja melirik ke arah Juan.

Demi apa pun ekspresi wajah Hazfi saat ini sangat menyebalkan di mata Juan, begitu tengil.

Ingin rasanya Juan unyel-unyel—eh salah, maksudnya pengin rasanya Juan toyor keningnya.

"Ini mah gue bisa sekarat dulu karena kehausan. Padahal gue pemenang, tapi kok kayak gak ada harga dirinya banget ya. Sedih woy."

Kali ini Hazfi berakting seakan menjadi orang yang paling menderita di dunia, raut wajahnya terlihat murung. Sesekali ia menyeka air mata ghaib-nya.

"Sabar anjir, gue diri dulu. Lebay banget lo jadi orang."

Juan baru tahu jika Hazfi memiliki sisi ajaib yang seperti ini. Bagi juan Hazfi adalah makhluk paling rumit yang pernah ia temui.

Dia akan membuat Juan penasaran akan tentang pemuda itu.

Juan merasa nyaman berteman dengan pemuda itu. Entah apa alasannya, tapi yang jelas ia merasa nyaman ketika berada dekat dengan Hazfi.

Rasanya ... menyenangkan.

Menyenangkan untuk terus berada di sekitaran Hazfi. Seperti ada magnet yang membuat ia tak bisa jauh dari pemuda itu.

Juan sendiri tak menyangka akan menjalin pertemanan yang bisa dibilang cukup dekat dengan Hazfi, mengingat bagaimana buruknya hubungan mereka.

Setiap kali bertemu dengannya, Hazfi selalu kesal. Pemuda itu akan mengomel tanpa henti dan terus marah-marah.

Hazfi terlalu tak acuh dan sumbu pendek. Sehingga Juan tertarik untuk mengajak Hazfi mengobrol dan sedikit menggoda pemuda itu.

Melihat Hazfi kesal merupakan salah satu hiburan tersendiri untuk Juan.

Di mata Juan, Hazfi terlihat lucu ketika kesal. Bagaimana pipi pemuda itu akan memerah ketika marah, dan dengan dahi yang mengerut dalam.

Saat ini mereka tengah berada di taman dekat sekolah. Seperti janjinya yang lalu, Juan akan mengajak Hazfi jalan. Juan ingin membawa Hazfi ke suatu tempat.

Juan sengaja mengajak Hazfi pergi dengan menggunakan kendaraan umum. Entah untuk alasan apa, mengingat hal itu akan lebih melelahkan dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Namun, yang jelas Juan ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama Hazfi, ia ingin moment kebersamaan mereka lebih terasa.

Juan menghentikan langkahnya sejenak, memandang Hazfi dari jarak yang cukup jauh. Seulas senyum terukir di wajahnya.

Sejujurnya Juan masih tak menyangka bahwa hubungan mereka bisa sedekat ini, ternyata usahanya tidak sia-sia. Akhirnya ia bisa menghancurkan dinding kokoh yang Hazfi bangun.

Bagi Juan, kesan pertama ketika melihat Hazfi adalah seseorang yang dingin dan tidak tersentuh. Pemuda itu seakan membuat tembok yang besar agar tidak ada seorang pun dapat menyentuhnya kecuali atas dasar dari izinnya.

Meskipun banyak orang menilai Hazfi sebagai sosok yang bandel dan susah diatur, tetapi bagi Juan berbeda.

Baginya, Hazfi tengah kehilangan dirinya sendiri.

Juan melanjutkan langkahnya dan kelopak matanya ikut melengkung ketika ia tersenyum, bagaimana tidak? Hazfi saat ini tengah memandang ke arahnya dengan tatapan ingin menguburnya hidup-hidup.

"Gue kira lo masih lama, hampir aja gue buat tenda di sini."

Juan terkekeh seraya menyerahkan sekantong plastik yang berisi minuman kaleng dan beberapa camilan.

"Mau gue bantuin gak masang tendanya?"

"Gak perlu, gue berubah pikiran."

Hazfi menenggak minumnya dengan tergesa, anak itu rupanya begitu haus.

"Pelan-pelan minumnya, nanti lo bisa kesedak. Tenang aja, gak bakal ada yang mau ambil minum lo."

"Gue haus banget anjir, jalan dari halte bus sampe sini. Udah itu cuacanya panas sampai ke ubun-ubun. Lo bayangin aja gimana hausnya gue."

"Tapi seru kan?"

"Seru pala lo botak, mana ada seru, capek mah iya."

"Ngeluh mulu lo. Ya udah sini gue pijitin biar capek lo sedikit ilang."

Hazfi menatap Juan dengan pandangan menyelidik. "Mau modus ya lo? Astaga untung gue gak polos-polos banget."

Hazfi menggeleng pelan seakan tak menyangka jika Juan memiliki niat seperti itu.

Sedangkan Juan sudah tidak tahan lagi dengan imajinasi Hazfi yang sudah terlalu jauh, ia mengacak rambutnya yang tak gatal guna meluapkan kekesalannya.

"Salah mulu gue perasaan, keknya gue gak pernah ada benernya. Lama-lama gue balik juga nih bumi."

"Kata siapa lo salah mulu? yang tadi lo bilang itu suatu kebenaran."

"Sialan lo."

Hazfi hanya tertawa karena sudah puas mengejek Juan.

"Sebenarnya kita mau ke mana sih? Dari tadi kita jalan tanpa tau tujuan. Atau jangan-jangan lo ma—hmp."

"Gak usah diterusin gue udah tau pikiran buruk lo." Juan membekap mulut Hazfi agar pemuda itu berhenti berbicara. "Nanti juga lo tahu, dan gue pastikan kalau lo bakal suka."

"Anjir! Lo abis megang apaan sih? Kok asin gini? Mana baunya gak enak lagi," ujar Hazfi setelah Juan melepaskan bekapannya.

Juan tersenyum ambigu. "Gue abis dari toilet umum makanya lama."

Hazfi melotot tak terima. "Sialan lo Juan! Mulut gue ternodai."

Juan hanya tertawa lebar, cukup puas dengan ekspresi kesal Hazfi. Setelahnya berlalu meninggalkan Hazfi yang masih mengumpati Juan dalam hati sebanyak mungkin.

"Gak usah drama, ayo lanjut jalan sebelum tambah sore. Emang lo mau pulang malam?"

Setelahnya mereka benar-benar melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat yang masih dirahasiakan oleh Juan.











TBC...

Update hari ini, semoga suka🤍

Jangan lupa vote dan komen supaya gw lebih semangat buat update 😂

Sampai jumpa di chapter selanjutnya 🤍🤍

Ry, 22 Mei 2024.

ABHINAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang