14

113 13 0
                                    

Hari sudah gelap, jam menunjukkan pukul setengah delapan malam. Hazfi dan Juan sudah dalam perjalanan pulang.

Kali ini mereka tidak menggunakan kendaraan umum, melainkan motor matic milik teman Juan.

Sebenarnya Juan akan mengantar Hazfi dengan motor sport miliknya, tapi karena Hazfi menolak dengan alasan kurang nyaman.

Jadilah Juan meminjam motor matic milik salah satu teman kostannya.

Saat ini mereka menuju perjalanan pulang ke rumah Hazfi setelah sebelumnya dari bazar makanan di alun-alun kota.

Hazfi tentu senang bukan main, netranya berbinar ketika melihat begitu banyak makanan di sekitarnya. Sedangkan Juan yang melihat ekspresi Hazfi dibuat gemas sendiri.

Juan tahu betul apa yang Hazfi sukai, jadi ketika ia mengatakan kalau Hazfi pasti akan menyukai tempatnya, maka Juan sudah berjanji untuk hal itu.

Dan benar saja, sekarang orang itu tengah memandang ke arah rentetan makanan yang berjajar rapi dengan pandangan berbinar, seakan itu surga dunia.

"Biasa aja kali liatnya, sampe ileran gitu," ujar Juan dengan terkekeh geli di akhir kalimatnya.

Karena mood-nya sedang bagus, kali ini Hazfi tidak kesal atau pun marah ketika diledek oleh Juan.

Sebaliknya, pemuda itu tersenyum begitu manis sehingga tanpa sadar membuat Juan tertegun.

Anjir manis banget.

Kalau tau akan mendapat reaksi seperti ini, udah dari dulu ia ajak Hazfi ke tempat yang seperti ini.

Dan sepertinya mulai sekarang ia akan sering-sering mengajak Hazfi ke bazar makanan.

"Ngeliat banyak makanan, gue mendadak laper." Haechan mengelus perutnya.

"Lo mah emang dasarnya perut karet, gak kenyang-kenyang."

"Gue bukannya gak kenyang-kenyang, tapi gue kadang lupa kalau gue udah makan kalau liat makanan enak. Jadi, gue laper lagi deh."

"Ya udah terserah lo aja, sekarang gue mau nagih janji lo."

"Janji yang man—oh jadi alasan lo bawa gue ke sini karena minta traktiran?"

Juan hanya tersenyum seraya menaik-turunkan kedua alisnya yang mana terlihat menyebalkan di mata Hazfi.

"Gue kira lo yang mau traktir gue, gak jadi semangat gue."

"Gak sesuai sama nama dong?"

"Maksudnya?"

"Nama lo kan Abhinaya, itu berasal dari bahasa sansekerta yang berarti semangat. Kalau lo gak semangat berarti nama lo bukan Abhinaya dong, Tapi Abhilesu." Juan tertawa setelah mengatakan itu.

"Gak lucu! Ya udah gue traktir deh. Lo boleh beli makanan apa aja, nanti gue yang bayar. Tapi inget jangan lebih dari lima puluh ribu, uang gue gak cukup."

"Siap bos!"

Hazfi menghela napas berat, alamat uang jajannya pasti habis.

Setelahnya mereka mulai mendatangi stand makanan dan membeli beberapa. Saat Hazfi akan membayar, tangannya di tahan oleh Juan dan lelaki itu mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang dari sana, singkatnya Juan yang membayar bukan Hazfi.

Hazfi memandang Juan dengan tatapan bingung ketika tangannya ditahan oleh lelaki itu. Bukannya menjawab kebingungan Hazfi, Juan malah mencubit pipi Hazfi yang membuat pemuda itu terkejut.

"Gue tadi bercanda, gue yang traktir karena gue yang ajak lo ke sini."

Dan setelahnya Juan mendapatkan injakan di kakinya. Ya, Hazfi menginjak kaki Juan hingga lelaki itu mengaduh kesakitan.

ABHINAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang