O1

240 18 2
                                    

"Kamu mau bilang apa? Cepet, aku mau pulang."

Kedua anak muda itu berdiri di sebuah rooftop yang menyajikan pemandangan sore hari yang cerah.

Keadaan yang semakin gelap membuat gadis itu terburu-buru ingin pulang.

"Yuna, aku mau kita balikan lagi."

Lelaki itu tampak memegang tangan lentik milik gadis cantik bernama Yuna.

Namun, Yuna terlihat tidak nyaman dan menarik kembali tangannya.

"Maaf, aku nggak mau dan nggak akan balikan sama kamu." Katanya sambil memegang tali tas selempangnya.

"Kenapa?"

"Masih tanya kenapa? Sifat kamu yang bikin aku nggak betah. Emosi kamu nggak stabil, aku capek." Ucap Yuna dengan wajah sinis.

"Tapi aku janji bakal lebih baik dari yang kamu kira."

Yuna menatap lelaki di depannya dengan pandangan tidak percaya. "Nggak bisa, aku muak. Lagian aku bisa dapetin orang yang lebih baik dari kamu."

Lelaki itu kemudian menatap Yuna kesal. "Hm? Gitu ya? Lo pikir lo sebaik itu?"

Yuna bersedekap dada. "Iya, banyak kok cowok yang mau sama aku dan mau balikan sama aku."

Lelaki itu segera meraih pergelangan tangan Yuna. Membuat gadis itu terkejut.

"Apaan sih?! Lepasin nggak?!"

Tanpa menghiraukan ucapan Yuna, lelaki itu menarik Yuna hingga berada di tepian rooftop. Membuat Yuna melotot takut.

"Kira-kira, kalau lo gue jatuhin dari sini, ada yang mau nangkep nggak? Kan banyak tuh yang suka sama lo."

"Gila lo?! Lepasin gue!"

Lelaki itu hanya menatap Yuna yang sedang bersusah payah melepaskan diri. Namun sayangnya, badannya lebih besar dan lebih kuat dari Yuna.

"Lo mutusin gue karena lo selingkuh sama cowok lain kan?"

Yuna dengan panik menggeleng sembari memukul-mukul tangan yang erat mencengkeram lengannya itu.

"Ngaku anjing!"

"Iya! Maaf!" Yuna berteriak pasrah dan menangis.

"Kenapa?"

Dengan air mata yang mengalir, Yuna menatap lelaki itu. "Karena kamu gila! Aku nggak mau ikut gila bareng kamu! Mending setelah ini kamu ke psikolog!"

"Cewek sialan!"

"Aakkh!"

Yuna menjerit saat dirinya ditarik kasar. Napasnya tidak teratur saat menyadari dirinya akan dijatuhkan dari ketinggian 15 meter.

"Lo gila!"

Lelaki itu menahan badan Yuna sebelum ia jatuhkan."Lo bener, Yuna, lo cantik. Kalau gue nggak bisa dapetin lo, orang lain juga nggak bisa."

"Lepasin gue nggak?! Gue mau pulang!"

Lelaki itu menyeringai, "Satu-satunya tempat lo pulang itu di neraka. Jadi, sampai ketemu di neraka."

"Aakh!"

















Bruk!


















"Hah."

Hueningkai bangun dari tidurnya. Ia menyeka keringat dan memegang dadanya yang berdegup kencang.

Ia melihat jam weker di samping kasurnya menunjukkan pukul 05.05. Ia kemudian menghela napas.

Hueningkai kemudian beranjak dari kasur dan mengambil handphonenya di atas meja dan mencari kontak seseorang.

Tut!

Ia menggigit jarinya saat seseorang tak kunjung mengangkat panggilannya.

"Ayo Yuna, angkat."

Mimpinya barusan membuatnya parno. Ia takut sesuatu yang buruk menimpa gadis itu.

Namun naas, Yuna tidak mengangkat teleponnya.

Hueningkai mendengus pelan.

"Semoga cuma mimpi."











































🎭🎭🎭



Yes

or

Yes

The Case | Hueningkai [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang