Lelaki itu memasuki mobil polisi dengan kedua tangan yang sudah di borgol. Dengan polisi yang mendampingi di sampingnya.
Sedari masuk hingga mobil hendak berjalan, Hueningkai terus memandangi ibunya yang menatapnya dengan raut wajah kecewa. Beliau kemudian ditempatkan pada mobil berbeda dengan Hueningkai.
Hueningkai kemudian menatap seorang polisi yang sedari tadi melihatnya dari luar, ayah Jisung. Entahlah, Hueningkai tidak mengerti arti tatapan itu.
Hingga mobil itu berjalan, Hueningkai masih menatap ayah Jisung. Rasa bersalah menjalar ke seluruh tubuhnya, tapi ia tidak bisa mengontrol dirinya.
"Kamu kesini lagi, Kai. Jangan bilang kamu nggak rutin minum obat."
Sang psikiater nampak melihat berkas-berkas yang ia diterima dengan Hueningkai yang duduk di depannya. Ia kemudian menatap lelaki itu yang hanya diam sedari tadi.
"Kai, kemungkinan kamu disini akan lama."
"Dokter bilang aku udah sembuh."
Dokter itu menghela napas. "Sembuh bukan berarti sehat total. Kamu perlu minum obat, seumur hidup."
Hueningkai menatap keluar jendela, perasaannya terasa kosong dan hampa. Ia tidak bisa merasakan emosi apapun dalam dirinya.
"Seumur hidup terlalu lama, dok. Lebih baik saya mati aja daripada nyusahin orang lain."
"Itu nggak akan menyelesaikan masalah apapun."
Hueningkai kemudian menatap dokternya dan tersenyum,
"Seenggaknya saya bisa ketemu Yuna, dan yang lain."
3 Minggu Kemudian
Tok! Tok!
Cklek!
"Hueningkai, ayo. Ini udah jam delapan pagi. Kamu harus segera ke lapangan."
Lelaki itu kemudian menyelimuti dirinya dengan malas, "Lain kali aja deh, sus. Males ketemu pasien yang lain."
"Loh kenapa, seru kan ketemu temen baru. Ini pertama kalinya kamu diijinin buat ikut senam bersama loh." Suster itu mengambil selimut Hueningkai dan melipatnya.
Hueningkai kemudian bangkit, "Kalo aku ikut gila gimana?" Candanya.
"Semua orang disini spesial, termasuk kamu. Mereka bisa jadi temen baik kamu, ayo."
Dengan pasrah, Hueningkai mengikuti susternya untuk turun ke lapangan melaksanakan senam bersama.
Hueningkai berdiri di pojok lapangan, dirinya terheran-heran menatap orang-orang itu nampak waras.
"Kok mereka nggak gila?" Gumamnya.
"Siapa yang gila?" Suara bisikan di telinga kanannya mengagetkan dirinya hingga terlompat.
Hueningkai jelas terperanjat sementara orang itu hanya terkekeh.
"Liat Woo, orang gila heran sama orang gila."
Temannya yang lain merangkul Hueningkai yang masih nampak bingung. "Semua yang disini tuh gila, ya kayak lo ini. Gila tapi ngerasa nggak gila."
"Ekhem! Haechan, Sunwoo! Jangan ganggu Hueningkai!"
Yang bernama Sunwoo dan Haechan terdiam sesaat ketika suster di seberang mereka menegur keduanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/369401309-288-k318505.jpg)