Hueningkai dan Taehyun memberi penghormatan terakhir pada Ryujin. Hueningkai memberi setangkai bunga di peti Ryujin diikuti Taehyun di belakangnya.
"Ryujin, gue bakal ungkap dalang di balik semua ini."
Hueningkai menatap peti yang hendak di kubur itu dengan wajah sendu. Ia lalu menatap wajah seseorang di depannya, Jisung.
Ia benci sekali pada Jisung, berani-beraninya dia muncul di depan orang banyak seperti ini.
Ia memalingkan wajahnya, tidak sudi bertatapan dengan Jisung.
Saat Hueningkai memalingkan wajahnya, ia tidak sengaja bertatapan mata dengan seorang lelaki pucat pasi, ia hanya menatap Hueningkai dan berjalan pergi secara perlahan. Sosok itu adalah orang yang ditemuinya di semak-semak sekolah saat itu.
Hueningkai pun mengikuti arwah lelaki itu, perlahan mereka menjauh dari kerumunan, dan arwah itu masih terus berjalan. hingga arwah itu hilang di balik dedaunan lebat.
Hueningkai mencari orang itu, namun arwahnya sudah tidak ada lagi.
Bruk!
"Akh!"
Ia tidak sengaja memijak di tanah makam yang ambles. Yang mengakibatkan dirinya terjatuh karena tergelincir.
Namun, ia terfokus pada nama yang terukir di atasnya.
Park Jongseong
Besoknya di sekolah, di ruangan perpustakaan yang sepi, Taehyun mengotak atik komputer mencoba mencari informasi tentang orang yang bernama park jongseong itu.
Mengenaskan, Ini Kondisi Korban Kecelakaan Balap Motor
Hueningkai dan Taehyun saling bertatapan saat membaca berita tersebut.
"Halo? Ini kediaman park jongseong?"
Sementara Hueningkai duduk manis di sampingnya menahan gugup.
"Oh iya, apa bener sebelumnya Jongseong ikut geng motor?"
Setelah beberapa saat mengobrol, Taehyun meletakkan handphone itu. Membuat Hueningkai kebingungan.
"Kenapa, Tae."
"Jadi Jongseong ini beda geng motor sama Jisung. Mereka akhirnya ikut balap motor, tapi Jongseong lagi apes, motornya rem blong dan akhirnya kecelakaan."
"Masuk akal, Ryujin ditemuin di gang Muri. Itu kan tempat kumpul anak motor itu. Sebelum Ryujin berarti udah ada korban." Kata Hueningkai sambil mengepalkan tangannya.
"Dan Jongseong ini punya nama samaran, biasanya dipanggil Jay." Imbuh Taehyun.
Hueningkai mengerutkan keningnya bingung. "Jadi, menurut lo, Jisung punya nama samaran juga?"
Taehyun mengangguk. Wajahnya menjadi semakin serius.
"Dan lo tahu."
"Hm?"
"Ayahnya Jisung ternyata polisi."
Hueningkai melongo tidak percaya. "Gue makin yakin pelakunya si Jisung."
"Tapi kalaupun kita laporin, kita nggak punya bukti apa-apa. Ayahnya juga orang kuat."
Hueningkai diam sejenak untuk berpikir. "Kalau kita punya jaket club motornya, kita bisa laporin. Pasti ada sidik jarinya."
Tanpa mereka sadari, ada seseorang menguping pembicaraan mereka dari balik rak buku. Ia menggigit bibirnya gusar lalu pergi dari sana.