'15 20'

60 2 0
                                    

Happy reading~
.
.
.
.

"Si paling umur 15 tahun!"

"Sadar bego, lo tuh dah kuliah!"

"Anjing lu!"

TES!

Air mata gadis ini menetes kembali. Perlakuan buruk laki-laki di kampusnya benar-benar membuatnya frustasi.

Kezia Jemima Lily. Perempuan cantik dan anggun ini memiliki ingatan yang buruk. Entah, yang jelas dirinya masih merasa berumur 15 tahun hingga kini.

Dia sedang ada di dalam toilet sekarang. Kelas telah selesai sepuluh menit lalu. Kemudian, setelah puas menangis, perempuan itu keluar dari toilet.

"Kezia, lo mau beli nasgor juga ga? Bareng kita-kita..." Kezia menatap perempuan disampingnya. Empat orang itu kini tengah berjalan ke kantin. "Boleh, Nin," Kezia mengangguk. Namun, ketika tersadar akan sesuatu seolah disambar oleh petir, Kezia berhenti berjalan. "Lo kenapa, Kez?"

"Gue takut," kedua tangan itu mengepal erat-erat. "Kenapa? Takut si Hazel?" Gadis lain menimpali. Kezia mengangguk kaku. "Udah, gapapa. Kayaknya juga dia ga ada di kantin."

"Beneran, Nin?"

"Beneran..."

"Yaudah, ayo."

Keempat perempuan itu kembali berjalan santai menuju kantin. Mereka memilih tempat duduk yang tak jauh dari Bu Mela, penjual nasi goreng.

"Bu, nasi goreng spesialnya empat, ya?" Bu Mela yang tengah mencuci piring itu menoleh. "Pedes semua?" "Nggak, bu. Yang pedes dua."

Tak berapa lama, pesanan tiba. Mereka sibuk dengan makanan mereka sendiri. "Nindi, Eva, kalian jadi ikut organisasi basket itu?" Kezia memecah keheningan.

"Jadi dong, Kez. Lo mau join juga ga? Sekalian sama Kia." Kezia dan Kia saling pandang. Mereka bukan tipe gadis yang suka berolah raga. "Nggak deh, Nin. Kalian aja," Dia tersenyum kikuk kemudian.

"Mie ayam satu, pak. Kayak biasa," suara berat itu. Suara yang tak asing di telinga Kezia. "Kez," lirih Eva ketika menyadari siapa pemilik suara itu.

Laki-laki yang tengah menunggu pesanan itu mengedarkan pandangannya. Matanya kesana kemari mencari tempat duduk. Kemudian, pandangan Kezia dan laki-laki itu bertemu.

Dia yang tak lain adalah Hazel Beltazar. Pria misterius dikampus ini. Tak hanya misterius, Hazel merupakan pria terseram diseluruh penjuru kampus. Siapapun tak akan berani mengundang amarahnya.

"Wah wah wah... ada si Lily," ujarnya memandang Kezia. Kebetulan jarak mereka tak begitu jauh. "Kezia, Hazel... nama gue Kezia." Jengahnya. Gadis itu diam-diam meremat sendok yang tengah ia pegang.

Pria itu berjalan menghampiri Kezia. Entah apalagi yang akan ia lakukan, Kezia sudah pasrah. Eva, Nindi, dan Kia memandang Hazel dengan pandangan horor. Meski tak tertuju pada mereka, tetap saja itu mengerikan.

Bayangkan saja, bagaimana jika ada pria berbahaya menghampirimu tiba-tiba?

"Makan apaan lo? Nasgor?" Kemudian tangan kekar Hazel menyendokkan satu suapan ke dalam mulutnya. Kezia menunduk. "Ck, selalu ga pedes. Oh... iya, lo kan masih kecil ya? Makanya ga bisa pedes."

Seisi kantin dibuat merinding oleh Hazel. Beberapa bahkan ada yang pergi dari kantin. Hening menyelimuti mereka. "Apaan sih, Zel. Gue kan--" "Udah umur lima belas... hm?"

Hazel terkekeh yang membuat seisi kantin semakin mencekam. "Ingatan lo kenapa bisa stuck disitu sih, Ly? Haha... lawak lo," Hazel masih mengejeknya. Lagi-lagi Kezia masih menunduk.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang