'Mawar Merah'

27 1 0
                                    

Happy reading~
.
.
.

"Lena, kita udah lama ga main loh."

"Mau main di mana?"

"aku... mau kuliah di Jepang, Bob. Di tempatnya pamanku,"

"Nanti... kita bisa ketemu lagi ga, ya?"

-o0o-

Malam itu, perempuan berusia dua puluhan tahun tengah duduk di kursi meja belajarnya. Di kamarnya yang sunyi sepi, setelah mengotak-atik laptopnya, dia ingin mengingat masa lalunya sejenak.

Sebuah kisah cinta, yang entah sampai sekarang hatinya mati rasa karena pria itu.

Dibukanyalah buku dengan hard cover berwarna biru gelap itu. Buku yang menjadi saksi bisu perjalanan kisah hati mereka. Sebelum akhirnya... semua berubah.

Saat itu, di sore hari. Seorang gadis berumur dua belas tahun itu tengah sibuk bermain di pantai. Tentu dia tidak sendirian. Dia bersama seorang laki-laki di sana.

"Ayo kejar aku, Bobby!" Kaki mulus itu berlarian, angin berhembus pelan membuat gaun biru muda itu turut berdansa, mengikuti sang pemilik tubuh.

Laki-laki itu tertawa sejenak, selepas bermain pasir, rupanya temannya yang satu itu ingin menggodanya, "kemari kau, Ellena!" Suaranya lantang seolah membuat perempuan itu ketakutan.

Mereka terus berlarian, hingga tanpa sadar, Bobby telah dekat dengan Ellena. Ellena merasa kewalahan.

GREB!

"Aaaa!"

"Kena kau," mereka tertawa kemudian. Bobby memeluknya erat dari belakang, sedangkan Ellena tertawa geli di depannya. Tepat saat itu juga, matahari terbenam dihadapan mereka.

"Wow...!" keduanya bergumam melihat indahnya matahari terbenam. Posisi mereka tetap, Ellena bahkan tidak berontak sedikitpun.

Mereka terpaku melihat keindahan matahari terbenam. Diam-diam, Bobby mencium aroma harum dari rambut gadis dalam dekapannya.

Si pemilik rambut menoleh, "warnanya bagus ya, Bob! Cantik..." lalu kembali memandangi matahari. Laki-laki itu memgangguk setuju.

"Kamu habis keramas ya, Len? Rambutmu harum," ucapan dari mulut Bobby membuat Ellena menoleh sepenuhnya.

Kedua tangan Bobby yang awalnya berada di kedua lengan Ellena dengan posisi silang, kini berubah menjadi di pinggang gadis itu, "iya nih, Bob. Wangi kan?" Wajahnya tampak tersenyum.

Bobby tertawa kecil. "Iya, Len... kayak bunga." Mereka menghabiskan waktu dengan bermain di pantai kemudian. Membuat istana pasir, saling menuliskan nama masing-masing di pasir, bermain basah-basahan di bibir pantai.

"Ellena, ayo pulang," teriak seorang wanita tua dari arah kanan mereka. Di teras depan rumahnya, terdapat sang Ayah yang sedang sibuk mengeluarkan alat memancing. Gadis itu menatap ke arah ibunya.

"Aku duluan ya, Bob," dia kemudian berpamitan pada temannya, Bobby mengangguk. "Bye, Lena!" Ellena tersenyum membalas, "bye, Bobby!" Dan mereka berpisah kemudian.

Rumah tua itu adalah tempat tinggal Ellena, mereka adalah keluarga kecil yang harmonis. Ayahnya bekerja sebagai nelayan, Ibunya biasa membuka jasa les sekolah dasar di rumahnya.

Ibu Ellena dulunya seorang guru, namun setelah menikah dan pindah rumah, Ibunya membuka jasa les untuk tambahan uang keluarga. Tak heran jika Ellena selalu mendapat juara satu ataupun dua ketika di sekolah.

"Tahun ini kan kamu mau SMP, kamu mau ke SMP satu apa dua, Ell?" Saat makan malam--sebelum sang Ayah berlayar--mereka berbincang. "Bagusan yang mana ya, Yah? Aku bingung,"

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang