'My Brother'

56 1 0
                                    

Happy reading
.
.
.
.

"Kak, sakit!"

"INI SEMUA KARENA ULAH KAMU, TANEESHA,"

"Aku bahkan ga tau aku dianggap apa sama kakak."

"Tolong... tolong... maafin kakak, maafin kakak. Kakak janji nggak akan nyakitin kamu lagi, asal kamu mau sembuh."

-o0o-

Hai, aku Ginara Taneesha. Perempuan yang selalu mengharapkan takdir berpihak padanya. Ini adalah sebuah peristiwa tentang asa, harapan, dan... kepedihan.

"Taneesha," malam itu, aku yang baru saja masuk dalam kamar sepulang dari les terkejut karena seorang pria memanggilku, "Kenapa, kak?" Dia, Christian Andrew.

Dia dengan wajah dinginnya, mendekati ku. Sontak saat itu juga aku mundur, takut akan dipukul nantinya. "Berhenti les piano," kalimat itu membuatku terdiam sejenak, "kenapa, kak?" Kataku yang mulai sedih. "Ga ada gunanya, kamu ga akan pinter cuma karena les piano."

Menghela napas, kemudian aku menunduk dalam-dalam, "kak, tolong--" belum sempat terucap, mulut kakak ku terbuka kembali, memotong ucapanku. "Apa, hm? Ga usah banyak omong kamu!"

Diam sejenak, aku mendongak menatap mata legam itu, "alasannya apa, kak?"

"Karena kamu ga akan pinter cuma karena les piano,"

"Tapi ibu kasih izin aku buat les."

"Ibu udah ngga ada, Tan! Buat apa kamu bahas?!"

DEG!

Dunia ku berhenti saat itu juga rasanya, ketika kak Andrew mengatakan hal itu. Benar, bertahun-tahun aku melupakan kejadian yang merenggut nyawa kedua orang tua ku. Bukannya aku jahat, tapi setiap aku mengingatnya itu membuatku sakit. Namun, dengan gampangnya kakak ku mengingatkan aku tentang hal itu lagi.

Orang tua kami meninggal karena meminum minuman yang telah lama dibeli. Sejujurnya, itu salahku karena aku tak membuangnya malahan menaruhnya dikulkas. Karenanya, ibu jadi sakit perut setelah meminum itu. Ayah yang panik langsung bergegas membawa ibu ke rumah sakit. Namun... saat perjalanan mereka mengalami kecelakaan yang menyebabkan mereka kehilangan nyawa. Hal itu jugalah yang membuat kakakku membenci ku.

Air mata ku meleleh melewati pipi ku. "Apa? Mau apa kamu sekarang?! Tinggal nurut aja susah banget," kemudian, dia meninggalkanku di kamar sendirian.

-o0o-

Jam tujuh pagi, harusnya sudah ada guru yang masuk lima menit sebelumnya, "kok belum ada guru ya, Van?" Tanyaku menoleh pada temanku. Vanesha, "ga tau tuh, jamkos kali," perempuan itu menatap sekeliling kelas yang masih ramai karena guru belum masuk.

"Eh, besok kerkom yuk? Di rumah lo," temanku itu menatap ku lagi. "Boleh, nanti gue izin ke kakak dulu," perempuan itu mengangguk. Ah.. semoga kali ini aku mendapatkan izin.

Ponsel kami berdering tiba-tiba. Rupanya ada pesan dari grub angkatan. Setelah ku baca, pagi ini ternyata jamkos karena guruku sedang sakit. Aku dan Vanesha berakhir berbincang ini dan itu. Kami tertawa bersama ketika dia bercerita tentang tingkah adik laki-lakinya yang masih SD itu jatuh dari sepeda. Rupanya, adiknya itu sempat dikejar anjing milik tetangganya. Tentu saja karena anjing itu telah menjadi korban kejahilan anak itu.

"Ada-ada aja kelakuan adek lo, Van," kataku masih tertawa. Vanesha menggeleng tak percaya, diam-diam aku cemburu. Bukan karena apa, keluarga Vanesha tampak harmonis. Tidak seperti ku yang--

"Selamat pagi, anak-anak. Pagi ini, karena guru bahasa indonesia tidak masuk, kalian mengerjakan tugas dari buku paket,"

Serempak kemudian seisi kelas mengeluarkan buku paketnya masing-masing. Lalu, kami mengerjakan dengan keadaan kelas yang sungguh ricuh.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang