10. 100 Days for Delora

24 6 0
                                    

10. Pelukan

Hari senin, hari paling menyebalkan,
paling tidak mengenakkan, dan paling
di hindari oleh orang-orang. Entah
kenapa Lora merasa malas untuk
berangkat sekolah di hari senin ini.

Tidak adil sekali. Hari minggu hanya
sehari, dan untuk menunggu hari
minggu kita perlu melewati tujuh hari.

Bocah itu masuk kedalam kelasnya dengan ogah-ogahan sambil menenteng tasnya seperti membawa karung.

"Assalamualaikum beban keluarga!"

"Waalaikumsalam!" Kompak semuanya, bocah itu duduk di bangkunya.

"Ra, kamu bawa seragam olahraga
kan?" Tanya Arin, Lora mengangguk.

"Untung banget hari senin ini full jamkos, gak sabar banget mau senam aerobik!" Semangat Arin, jadi, sabtu lalu saat pulang sekolah Arin memberitau Lora jika sekolah mereka akan mengadakan senam pada hari senin nya. Para murid tentu gembira karena terhindar dari upacara.

"Caca nanti mau reques goyang poco-poco!" Ucap Caca dengan semangat 45 nya. "Biar badan Caca langsing kayak Selena Gomez!"

"Pengen badan kayak Selena Gomez,
tapi porsi makan lo kayak induk sapi."

"Ih, Jejep kok gitu sih? Harusnya Jejep semangatin Caca dong! Caca mau diet."

"Hmm."

KRINGGGGG!

"CEK CEK, 123."

"EKHMM, AYO ANAK-ANAK. SEMUANYA SEGERA BERKUMPUL DI LAPANGAN! GPL! GAK PAKE LAMA!"

"Ayo ganti seragam dulu Ra."

Arin dkk pergi ke kamar mandi
untuk mengganti seragam mereka.

***

"Satu, dua, tiga, empat lima enam tujuh delapan. Ayo semuanya goyangkan pinggulnya, yang semangat senamnya!" Ujar kepala sekolah menyemangati mereka, sudah satu jam lamanya mereka melakukan senam aerobik.

"Jangan loyoh dong, masih muda kok udah encokan semua?" Cibir kepala sekolah, banyak murid yang duduk lesehan atau jongkok karena kelelahan.

"Heh itu yang cowok gerak dong!
Masa anak laki-laki tenaganya kayak banci! Ayo gerak semuanya biar sehat!"

"Itu yang diem aja, nanti ibu hukum mengerjakan soal matematika!"
Teriak bu Ratna, mendengar ancaman
itu mereka segera bergerak walau
asal-asalan, tidak mengikuti
instruktur di depan. Lima menit
kemudian musiknya berhenti.

"Masih semangat semuanya?!"

"ENGGAK!"

"Pak! Udah dong! Lelah Hayati!"

"Oh, ternyata masih semangat semua.
Satu lagi ya! Ada yang mau request?"

"TYDAKKKKK!"

"BAPAK!! CACA MAU RIKWESSS! SENAM POCO-POCO DONG!" Teriakan cempreng Caca menggema disana.

Keempat bocah itu berdiri
di barisan kedua paling depan.

"OKE! FIKS KITA GOYANG POCO-POCO. AYO CEPAT BERDIRI LAGI SEMUANYA!" Instruksi dari guru Pjok membuat mereka berdecak malas.

"Hoshh hoshh ... Ca, udah dong!" Seru Arin, dia kehausan. Panas-panas
begini enaknya minum apa yaa? Dia jadi membayangkan es kelapa muda.

100 Days for Delora [Slowupdate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang