05. 100 Days for Delora

58 17 2
                                    

5. Diculik? + Visual

Deru motor terdengar begitu kencang dari luar mansion Oleander, segerombolan remaja berseragam acak-acakan membuka helm mereka.

Tampilan badboy yang sering terlihat sehari-harinya membuat para pekerja di mansion ini tidak heran lagi, begitulah tuan muda mereka dan kawan-kawan nya. Biasalah, kenakalan remaja. Lagipula itu masih wajar saja asal mereka masih mau belajar, punya sikap sosial dan empati, dan yang terpenting adalah masih memiliki sikap santun selayaknya manusia terpelajar.

Mereka memasuki mansion
dengan santainya seperti sedang
berada dirumah sendiri. Begitulah
teman, rumahmu rumahku juga, dan
orangtuamu orangtuaku juga.

Asal bukan pacarmu pacarku juga.

"Diskusinya kapan?" Tanya Bian.

"Nanti aja lah, gue masih mau
duduk bentar. Lagian juga pak boss datengnya entaran." Jawab cowok itu. Namanya Ragas, salah satu sahabat
dari sembilan bersaudara.

KLUNTANG!

"Hattchimm!"

"Lex, di mansion lo ada tikus ya?"

"Mansion gue sering dibersihin, gak mungkin ada tikus. Jangankan
tikus, kecowak aja gakmau
menginjakkan kakinya disini." Jawab Lex.

Bocah itu berjalan menuju ke
ruang tamu dengan badan nya
yang sudah dipenuhi dengan tepung terigu seperti kue salju. "Haattchimm!"

"Pendek?!" Pekik Bian setelah
melihat Lora yang seputih manusia
salju di Eropa. Kali ini ulah apalagi
yang dilakukan oleh bocah itu?

"Um?" Lora menoleh ke arah Bian.

"Lo habis ngapain sampai jadi
putih kayak deterjen begitu?" Omel
Bian seperti emak-emak kompleks.

"Lora tadi mau ambil ciki, tapi
tepung dilemari jatuh ke kepala Lora."

"Kenapa gak minta tolong maid?"

"Aku mager panggil mereka."

Dasar mageran. Cibir Bian.

"Yan, lo nyulik anak siapa?"

"Sembarangan lo, adek gue ini." Kata
Bian sambil memutar bola matanya
malas, mengabaikan wajah shock
Altair. Bocah itu menatap mereka
satu-persatu saat melihat dua orang
asing yang tidak dikenali olehnya.

Sambil memiringkan kepala,
Lora mengedipkan matanya.

"Halo?"

"Al? Woi? Lo kesurupan?"

Gyumin menepuk bahu Altair
dengan mimik wajah sedikit panik
ketika melihat sohibnya itu
terdiam sambil memandangi Lora.

"Kok adek orang lucu-lucu ya, lah
punya gue kek begal." Ceplos Altair.

"Bulet amat lu cil."

Seketika bocah itu mendengus
kesal. Kenapa sih orang-orang suka
sekali mengatainya bulat? Apa-apaan?

Dikira dia bola pingpong?

"Bang Umin, yayah mana?"

"Ke kantor, kenapa?"

"Yahhhh, padahal aku mau
ajak yayah keluar. Aku bosen."

"Lex, si boss udah di markas
tuh. Cabut sekarang?" Ucap
Ragas, Lex mengangguk pelan.

"Kalian mau kemana?"

"Ke markas."

"Markas? Abang Lex ikut
perkumpulan sekte sesat ya?!"

100 Days for Delora [Slowupdate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang