4

21 1 0
                                    

naura sedang dibelakang sekolah bersama perempuan yang ditolongnya tadi.

"cih, dasar nenek tua" umpat naura kepada devi.

matanya beralih dari yang melihat sekitar untuk memastikan bahwa tidak ada pengganggu sampai akhirnya tempat bersembunyi mereka dinyatakan aman.

"a-anu.."

"hm?" naura menatap tangan gadis dan badannya itu yang sedikit gemetar ketakutan.

naura bingung kenapa dia takut, tapi menyadari bahwa reputasi naura disini juga pembully memaklumi nya.

gadia itu terlihat tidak berani berbicara.

naura menghela nafas, sialan tubuhnya ini kenapa harus merepotkan nya sih?.

"ada apa? tenang saja aku tidak akan memakanmu" naura agak kasar saat ngomong itu.

"e-eh bukan, itu aku hanya ingin berterimakasih"

"oh?"

"ya sebenarnya kita aku kelas sebelahmu, tapi tidak pernah bertemu. awalnya aku juga takut karena rumor bahwa kau adalah orang yang lebih kejam dari devi tapi.. sekarang aku tidak takut, ternyata kau adalah orang baik hehe" perempuan itu menjelaskan panjang lebar sambil tersenyum manis.

naura bingung, kenapa orang secantik ini harus dibully gitu sih? dia juga pintar.

ya naura dengar dari gosip dikelas tadi pagi sih.

"oo, padahal kau cantik, bagaimana jika kau memakai lensa kontak? agar kecantikan mu dapat dilihat mereka?" terlihat perempuan itu tersipu malu disebut cantik oleh 'panutan' nya sekarang.

"terima kasih, tapi aku belum pernah mencoba memakai lensa kontak karena takut tidak nyaman" suara perempuan itu sangat lembut.

"bagaimana jika kita bolos? aku akan memasangkan nya ditempat persembunyian ku" naura juga tidak menyangka bahwa naura yang dikenal sebagai pembully ternyata memiliki rumah kecil sendiri.

"bolos? tapi aku belum pernah mencoba bolos.."

"tenang saja sini ikut aku, akan ditunjukkan tempat yang hanya diketahui oleh beberapa orang."

_____

naura mematikan ponsel nya agar tidak menganggu waktunya dengan teman barunya.

teman yang benar-benar teman.

"apa kah terlihat aneh nau?" ucap teman nya, yara dilanda.

"kau terlihat sangat cantik ara" puji antusias naura.

"benarkah terimakasih hehe" yara sedang memakai lensa kontak atas saran naura, dan ternyata lebih nyama seratus persen memakai lensa kontak dari pada kacamata.

harusnya dari dlu dia memakainya.

"tapi nau, apa kau membeli rumah ini dengan uang mu sendiri?" tanya yara sambil memperhatikan rumah naura yang terbilang mewah.

apa lagi ada pelayan yang melayaninya, walaupun hanya 4 pelayan dan supirnya.

saat ditanya alasannya, naura menjawab dia malas terlalu banyak.

"hm? oh iya, aku bekerja jadi gaji nya aku tabung sampai bisa membeli rumah ini"

"wahh benarkah? pekerjaan apa itu? aku juga ingin ikut"

"sebaiknya jangan ara" jawab langsung naura dengan panik.

yara memasang wajah bingung saat melihat temannya yang panik.

"itu.. tidak dibutuhkan pekerja lagi haha"

yara hanya ber oh ria saja, kalo hanya itu alasannya kenapa harus panik deh? begitulah isi pikirannya, tapi dia tidak ingin ikut campur hanya diam saja.

transmigrasi gadis smpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang