5. The Fear

523 84 4
                                    

"Aya, aku mau ngobrol serius sama kamu. Kamu ada waktu selesai shift ini?"

Jika ada yang mengatakan bahwa Amaya sedang takut sekarang, ia takkan menyanggahnya. Pasalnya, selama ia mengenal Binnie, wanita itu tak pernah berbasa-basi akan 'ngobrol serius' dengannya. Gadis itu tak pernah terlibat obrolan berat dengan Binnie, itulah yang membuatnya takut. Skenario buruk kembali terlintas pada benak gadis itu, berpikir Binnie mengetahui kasusnya tempo lalu dan hendak membicarakan hal itu padanya.

"A-Aku nggak ada agenda setelah pulang kerja. Ada apa, Kak?" balas Amaya, rasa gugup dan waswas seketika menyerangnya.

"Selesai kerja ikut aku ke carnaval, ya?" Hanya itu yang Binnie katakan sebelum ia mengantar pesanan ke lantai dua, menciptakan cemas dalam benak gadis surai biru tua yang ia tinggal di meja kasir seorang diri.

Ucapan Binnie mengacaukan fokus Amaya. Ia sempat hampir salah memberikan pesanan. Untungnya pelanggan yang ia layani percaya ketika gadis itu mengatakan bahwa ia sedikit hilang fokus menjelang akhir shift. Bukan keadaan yang fatal, tapi membuat Amaya merasa bersalah karena tak bekerja dengan baik.

"Irrashaimasenya~! Eh, Pak Sui, ya? Akhirnya bisa ketemu lagi." Amaya menyambut Sui yang berjalan mendekati meja kasir. Ia ubah wajah murungnya menjadi tersenyum ramah.

"Halo, Amaya! Iya, saya baru aja selesai duty jadi bisa mampir ke sini, sekalian beli makanan. Ngomong-ngomong, motor hitam-navy di parkiran itu punyamu, kan?" Sui membalas sapaan Amaya, disertai menanyakan sebuah sepeda motor yang terparkir di lahan parkir Uwu Cafe.

"Iya, Pak. Itu motor saya yang Pak Sui kasih waktu itu. Udah saya modif dikit, saya ganti warnanya." Amaya mengiyakan. Ia memang telah memodifikasi sepeda motornya, mengubah warnanya menjadi hitam dengan polesan warna biru tua yang tampak bila terkena cahaya. Ia menyukai warna tersebut, memutuskan untuk menggunakan warna itu pada sepeda motornya saat ia memodifikasi kendaraannya tempo lalu.

"Keren banget warnanya, cocok sama kamu." Sui memuji selera Amaya, yang dipuji tertawa ringan.

"Makasih, Pak Sui bisa aja. Oh iya, mau pesan apa?" Amaya kembali fokus pada pekerjaannya.

"Okonomiyaki lima, kopi lima."

Amaya berjalan ke bagian dapur untuk mengambil pesanan Sui. Tak perlu waktu lama sampai ia kembali bersama dua bungkusan yang ia bawa.

"Silakan." Amaya meletakkan bungkusan pesanan tersebut, membiarkan Sui memeriksa pesanan. Gadis itu melihat dahi Sui mengerut sesaat setelah memeriksa pesanannya.

"Ini kelebi—"

Ucapan Sui terpotong ketika ia mendongak dan melihat Amaya yang meletakkan jari telunjuknya di depan bibir gadis itu. Sui paham, maksud dari Amaya adalah gadis itu secara diam-diam melebihkan pesanan sebagai bonus untuknya.

"Sudah di-check, ya. Nomor rekeningnya?" Gadis itu kembali dalam mode profesionalnya, menanyakan rekening Sui untuk pembayaran. Pria itu kemudian menyebutkan deretan angka, sedang Amaya mengetik pada sebuah tablet.

"Baik, pembayarannya berhasil, bill-nya sudah tersedia dan saldo di rekening akan terpotong otomatis. Arigatou gozaimasunya~!" Amaya mengkonfirmasi hasil transaksi, ditutup dengan ucapan terima kasih khas Uwu Cafe. Sui mengangguk, membalas dengan ucapan terima kasih pula sebelum berjalan meninggalkan cafe dengan menjinjing pesanannya.

Amaya menghela nafas lega ketika melihat karyawan yang akan menggantikannya di shift selanjutnya telah tiba. Tinggal menunggu karyawan tersebut bersiap, dan Amaya dapat mengakhiri pekerjaannya hari ini.

Tak perlu menunggu lama, karyawan tersebut datang dari ruang karyawan bersama Binnie yang ternyata sudah lebih dulu melepas seragam kerjanya. Amaya segera ke ruang karyawan, melepas atribut kerja kemudian kembali dan berpamitan pada rekan kerjanya untuk pulang bersama Binnie.

BLACK BLOOD [Tokyo Noir Familia x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang