9. Connection

546 91 7
                                    

Amaya terkejut saat Rion menanyakan mengenai nama aslinya. Tak ada yang mengetahui hal tersebut sebelumnya. Seketika rasa gugup menyerang gadis itu. Ia menarik nafas, berusaha untuk tetap tenang.

"Dari mana Papi tahu soal itu?" tanya Amaya dengan mengganti suaranya menjadi suara rendah aslinya, karena merasa pembicaraan ini merupakan pembicaraan serius.

"Denger, Amaya. Papi juga bukan warga asli kota ini. Papi dan yang lainnya dulunya perantau yang bertemu di kota ini, dan akhirnya mendirikan keluarga mafia di kota ini. Di tempat asal Papi, Papi bukan orang yang bener-bener bersih dan beberapa kali berurusan sama bisnis underground, makanya Papi bisa bikin keluarga mafia di sini." Rion bertutur pada Amaya. Gadis itu belum menemukan benang merah antara cerita Rion dan identitas aslinya, namun ia memilih untuk menyimak. Terlihat Rion merogoh benda kotak di saku kirinya dan berkomunikasi dengan alat tersebut. "Rion kepada Gin, tolong ke ruang kerja sambil bawa yang gua minta kemaren."

"Aku, Rion, sama Gin berasal dari kota yang sama. Waktu selesai rekrut kamu, kami ngerasa nggak asing dengan ucapan kamu kalau kamu anak tunggal dari keluarga pemilik bisnis rokok. Di tempat kami dulu, bisnis rokok juga dilarang. Kami ngerasa kalau tempat asalmu itu tempat yang sama dengan tempat kami dulu." Ucapan Caine membuat fokus Amaya teralih pada pria itu. Ia juga dapat melihat pintu di belakang Caine bergeser, memperlihatkan Gin yang masuk.

Pria surai kecoklatan meletakkan selembar kertas di atas meja kerja milik Rion. Pandangan Amaya beralih pada kertas yang diletakkan Gin, yang merupakan berita surat kabar lengkap dengan foto di atasnya. Ia terkejut kala melihat foto seorang yang tak asing pada surat kabar tersebut.

"Itu berita underground yang kami dapet dari tempat asal kami. Bisnis rokok yang 'berganti pemimpin'. Kalau bener itu punya keluargamu, harusnya namamu bukan Amaya Harumi, kan?" Tanya Rion pada gadis surai biru tua di depannya. Yang ditanya tak menoleh, malah meraih kertas yang berada di atas meja dan memandangnya lekat-lekat.

"Jadi, Papi tahu soal si brengsek ini?" Amaya berbalik bertanya kepada Rion. Pria surai ungu tersebut mengangguk.

"Hampir seluruh anggota keluarganya, setidaknya yang masih hidup sampai akhirnya bisnis diambil alih orang itu. Tapi Papi nggak tahu kalau mereka punya anak tunggal perempuan, makanya Papi nanya ke kamu." Rion membalas, kedua tangannya masih terlipat di dada.

"Buat apa? Memastikan identitasku, atau ingin hubungan timbal balik lebih antara aku dan keluarga ini?" tanya Amaya lagi, kali ini diambut oleh seringai Rion.

"You know what I mean, little girl." Rion membalas disertai tawa rendah, membuat Amaya meremang. Tanpa sadar ia mundur selangkah, membuat tiga pria di sana menyadari dirinya kini dilanda rasa takut.

"Yon, you scared her." Caine memperingati Rion, membuat pria surai ungu tersebut tertawa lepas. Merasakan suasana tak lagi tegang, Amaya menghela nafas lega.

"Santai aja, Amaya. Kami nggak ada niat jahat sama kamu atau keluargamu, cuma mau cari tahu lebih jelas tentang asal-usulmu. Bahkan Rion pernah interaksi sama beberapa orang di keluarga itu. Dia emang suka nakut-nakutin orang," sahut Gin menenangkan gadis itu.

"Papi bikin takut aja!" protes Amaya pada Rion yang kembali mengundang gelak tawa tiga pria di ruangan tersebut.

"Okay, I'm so sorry. Papi cuma mau tes mental dikit tadi. Jadi, kamu beneran dari keluarga itu?" Rion meminta maaf, disertai pertanyaan pada gadis di depannya.

"Benar. Amaya cuma nama samaran, tapi Harumi itu nama asli. Lebih tepatnya, Harumi Yoru. Aku sengaja menyembunyikan margaku, tentunya untuk menghindar dari orang brengsek itu dan bawahannya." Amaya menjelaskan mengenai identitas aslinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLACK BLOOD [Tokyo Noir Familia x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang