01. Begining

6 1 0
                                    

SUARA mesin di dalam sebuah ruangan memenuhi atmosfir yang sangat dingin. Beberapa pegawai berpakaian seperti petugas kesehatan terlihat sangat sibuk menjalankan mesinnya masing-masing.

Mengapa pakaian mereka seperti petugas kesehatan? Karena, memang desain pakaian pabrik ini seperti itu. Ketika memasuki line pabrik para karyawan wajib memakai pakaian berdesain seperti petugas covid-19.

Ada dua jenis desain pakaian. Smoke dan Jumpsuit. Selain seperti petugas covid, karyawan yang memakai jumpsuit terlihat seperti astronot. Itu sebutan keren mereka. Jumpsuit menutupi seluruh tubuh dari kepala sampai kaki, persis pakaian sang astronot. Bedanya jika astronot memakai helm sebagai pelindung kepala sedangkan jumpsuit karyawan pabrik seperti jas hujan.

Tidak seperti jumpsuit, smoke hanya sampai lutut, tidak menutup sampai kaki. Kedua pakaian tersebut dibedakan menurut proses yang dilakukan di dalam line. Persamaannya adalah sama-sama sebagai safety bagi karyawan dari debu-debu ataupun material yang ditimbulkan saat bekerja.

Tidak sepanas kelihatannya, di dalam ruangan line pabrik ini sangat dingin karena di langit-langit line berjejer banyak air conditioner. Untung saja pabrik tempat Diana ini bekerja masih memanusiakan karyawannya, sehingga selama apapun jam kerja Diana masih betah jika harus berlama-lama di dalam line.

Tidak. Itu gurauan saja. Siapa yang betah jika berlama-lama bekerja walaupun tempatnya senyaman apapun? Pasti tetap merasakan lelah juga kan?

"Diana, waktu istirahat nanti ke kantin gak?"

Suara familiar seorang gadis dari telinga kirinya membuat dia berjengit kaget. Berlebihan memang jika dia terkejut karena suara temannya itu sangat dekat di telinganya.

"Eh kamu kaget ya? Maaf, maaf, soalnya mesin kamu berisik banget. Takut kalo kamu gak dengar"

Azua, teman kerjanya yang menjalankan mesin di sebelahnya. Perawakannya sedang, sama dengan tinggi Diana yang pas-pasan saat ini. Azua keturunan India, kulitnya sawo matang aestetik. Jika berjalan, jalannya terlihat sangat anggun bak putri-putri kerajaan. Padahal jika mendengar tawanya yang cekikikan seperti mbak kunti, keanggunan itu langsung hilang.

Dulu waktu pertama kali Diana masuk ke dalam line ini, Ia sangat terganggu dengan cara berjalannya Azua. Dia merasa jika Azua itu hanya berpura-pura alim. Padahal nyatanya setelah mereka akrab satu sama lain, Yahhh memang benar. Azua tidak alim, dia hanya bersifat halus kepada orang asing saja. Tetapi,, bukankah itu memang sifat semua orang? Kalem sebelum kenal.

"Eh Azua, iya aku nanti ke kantin, laper banget tauu", sahut Diana sambil membereskan peralatan tulis dari meja kerjanya.

"Sip. Nanti bareng aku yaa, aku gak berani sendirian, malu diliatin orang sekantin"

"Lah? Malu?, kenapa malu? Kamu kan pake baju, lagian biasanya kamu kan istirahat dengan Zira"

"Aduuh bukan malu masalah baju. Susah deh jelasinnya. Pokoknya nanti kita bareng, OK? Si Zira lagi puasa, tau dah tumben banget tu anak puasa pas hari kerja"

"Iya deh iya nanti bareng, tapi nanti kamu traktir aku ya, hehe", cengir Diana dengan santainya.

"Siap, untung aku bawa uang lebih nih", Azua tanpa ragu langsung menyetujui.

"Eh, eenggak, aku cuma bercanda, Azuaa"

"Oh bercanda, kirain beneran, aku lagi siap-siap nih mau nonjok kamu!"

TingTong!

Jam digital di atas pintu line menunjukkan waktu pukul sepuluh. It's time to breakfast. Eh, breakfast atau lunch ya? Jika lunch tapi kan ini masih termasuk pagi. Ah, anggap saja ini breakfast kedua. Breakfast pertama adalah tadi pagi sebelum berangkat kerja, kebetulan pagi tadi Diana sempat sarapan walaupun hanya sarapan dua arem-arem. Itu loh, arem-arem, nasi yang isinya suwiran ayam atau tempe orek, terus bungkusnya dibuntel pakai daun pisang. Pokoknya arem-arem adalah makanan simpel yang super lezat.

***

"Di, lihat deh"

Di tengah hiruk-pikuk suara piring beradu dengan sendok, dipadu dengan suara bising para karyawan yang tengah mengobrol di sela-sela makan, Azua menunjukkan sebuah artikel di layar handphone.

"Apaan?", timpal Diana sambil menyeruput kuah sup bayam. Menu makan siang yang Diana beli hari ini adalah nasi dengan sup bayam berkuah kental dan ayam goreng krispi sambal kecap. Ayam lagi ayam lagi, batin Diana tadi saat mengambil ayam di antara jejeran lauk-lauk yang lain. Padahal, selain ayam masih banyak jenis lauk lainnya. Telur dadar, telur ceplok, tempe goreng, tahu bacem, ikan lele, ikan gurami, tumis kangkung, telur asin, sosis, jamur krispi, kentang balado, pangsit, ayam kecap, ayam balado, kari, ayam bakar, ayam---. Banyak kan? Tapi, karena diburu waktu yahh pilihan tercepat diotaknya adalah ayam goreng. Fyi, memilih menu makanan disaat waktu pas-pasan adalah pilihan tersulit di dalam kamus Diana.

"Baca deh! Setelah covid, ada virus baru lagi dari Cina! Gawat Dii, sepertinya virus ini lebih serem deh"

Diana ikut membaca artikel yang Azua tunjukkan dengan raut muka datar, tidak menunjukkan ketertarikan sedikitpun.

"Oohh", singkat, padat, dan Oh.

"Oh? Oh doang? Di, ini menyangkut nyawa semua orang, virus ini mirip banget film Train to Busan, Diiii--"
Azua meletakkan handphone nya, kedua telapak tangannya menangkup kedua pipi tirus Diana. Ia tidak peduli jika Diana masih dalam proses menghaluskan makanan menggunakan gigi gerahamnya, alias mengunyah.

"Aahh, lepasin tangan kotormu Azuaa, pipi aku kena sambel nihh, kamu kan makan gak pake sendook", Diana menjauhkan wajahnya.

Masih saja dengan ekspresi panik, Azua tidak menghiraukan tatapan kesal Diana. Tapi, walaupun begitu mulutnya tetap tidak berhenti mengunyah ayam goreng yang masih tersisa.

"Di, kok kamu gak panik siih, aku panik banget looh, aku belum nikah, Dii---"

"Azuua,, stop deh, stop. Kita bahas ini nanti lagi ya, mending makan dulu sebelum jam istirahat habis", kata Diana memotong kalimat panik yang akan keluar dari mulut Azua.

Di sisi lain, di meja kantin paling ujung, sebelah counter ice cream. Seorang lelaki dewasa berkemeja kotak-kotak warna biru terdiam duduk mematung. Sepiring nasi dengan lauk ikan lele sambal hijau tidak dia sentuh barang sedikitpun. Bahkan lelaki itu tidak menyadari, ice cream di tangan kanannya meleleh jatuh ke permukaan meja. Dia duduk sendirian. Tidak ada kawan ataupun kekasih. Orang-orang disekitar sibuk dengan urusan mereka masing-masing sehingga tidak memperhatikan tingkah aneh lelaki tersebut.

Rona merah di pipi lelaki itu semakin terlihat seperti darah yang membasahi wajahnya. Tes! Setetes darah keluar  dari lubang hidung kirinya, jatuh tepat di atas kepala ikan lele yang tidak ia sentuh. Sedetik kemudian...

Dia tidak sadarkan diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Virus Orr RusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang