Kara menggeleng kencang, satu orang saja sudah menyakitkan, apalagi lebih dari 3. Aru benar benar tidak punya belas kasihan kepada orang yang membuatnya kesal.
"Kalo gitu gue boleh ikutan 'kan?" Tanya Marcell yang langsung disinisi kakak nya Aru tersenyum tak suka "Maksud lo apa?" " Kan gue suka cowo, berarti gue boleh ikut dong. Lo gak boleh pilkas gitu dong, kita kan sahabat"
Aru mendecak sebal, kalau seperti ini ia tidak bisa berbuat seenaknya. Dami dan orang tuanya akan memarahinya. Marcell tersenyum bangga. Aru tidak akan bisa mengelak jika aduannya sudah ada kata sahabat. Aru mengangkat Kara dan memanggulnya di bahu.
"Lah? Gak jadi, nih?" Aru mengacungan jari tengahnya "Bacot" "Ciee, anak takut ortu" goda Arcell
Aru tidak menanggapinya lagi. Mereka berdua sudah sangat menyebalkan. Ia membawa pergi kara ke rumahnya.
"Aruu... Aku mau sekolah..." "Gue bisa jadi guru buat lo, gak usah ngerengek" Aru memukul pelan bokong Kara "Jangan dipukul, nanti keluar..."
Aru langsung memasuki Kara kedalam mobil di bagian belakang. Kara refleks memegangi selangkangannya. Aru mengambil suatu kotak dari kolong tempat duduk mobil. "Itu apa?" tanya Kara merasa tidak enak "Dildo"
Kara langsung menaiki celananya. Mana ada yang ingin dimasuki benda seperti itu, apalagi yang memilih adalah Aru. Ukurannya sangat besar. Tapi tak sebesar milik pemilihnya.
Aru menarik kaki Kara sampai terjungkal. Kara juga masih tak menyerah untuk menahan celananya. Aru mendecak sebal, orang didepannya makin keras kepala dan sering membuatnya keasal.
"Sadar diri! Ini salah lo!" Aru menarik lengan Kara dan meggigitnya dengan kuat "Mmmmhhh!" "
Kara tidak bisa berteriak, mulutnya dibekap. Aru dengan gesit melepas seluruh celana Kara, termasuk celana dalam yang bergambar awan - awan putih berlatar belakang biru muda sebagai langitnya. Kara mencengkram tangan Aru mengunakan kukunya yang agak panjang. Dildo besar itumasuk dan mendorong vibrator ketempat sensitifnya.
Aru melepas gigitan dan bekapannya. Kara gemetaran. Tangannya berdarah, lubangnya perih seperti sobek. Ia tak berani menutupka kakinya, kalau di tutup dildo itu akan terasa besar dan aneh. Lubang kara berkedut seolah menghisap mainan seks itu.
"lobang lo yang mesum ini mau diapa in, hm?" Aru ikut masuk kedalam mobil.
Kara menggeleng pelan sembari berlinang air mata. Aru melepas ikat pinggangnya, mengikat kedua tangan kara lalu mengaitkannya kepegangan yang berada diatas jendela mobil. Tubuh kara tertarik sampai setengah duduk. Aru menggerakan lembut dildo itu, membuat Kara menutup kakinya.
"Nngghh!" tubuh sensitifnya bereaksi Aru memsukkan dildonya lebih dalam "Gue bakal ngerobek lobang lo kalo dildo ini lepas
"Aru keluar dari mobil hanya untuk pindah ke kursi kemudi. Ia meninggalkan Kara masih dengan posisi seperti itu. Kara memaksakan diri untuk benar benar duduk agar si dildo tidak lepas, efek buruknya mainan itu masuk lebih dalam.
"pinter" Aru melihat Kara dari pantulan kaca Kara mencoba menutupi penis unyu nya yang baru saja mengeluarkan air mani "Mobilnya baru gue cuci kemarin. Lo harus ngejilatin kotoran itu sampe bersih" ucap Aru berhasil membuat Kara terkejut dan takut "Maaf," Kara menucapkannya tanpa bersuara
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love; Crazy Boyfriend [HIATUS]
Teen FictionBerawal dengan bertemu lelaki misterius di warungan. Athala Karasha Heint terus dihantui oleh teror tak senonoh. Semakin hari semakin parah. Teror yang mengaku sebagai seseorang yang berhak memilikinya Foto Kertas Video Semuanya Akan kah Kara...