Chapter 7

86 9 0
                                    

        kara terdiam selama perjalanan. Saat ini ia sedang menumpang di mobil kembar Mahareza, udah biasa sih. Kali ini ia berada di kursi paling belakang, mengisolasi diri dari kedua orang yang berada didepan. Ia masih kepikiran dengan yang tadi pagi karena bagian bawahnya masih nyeri. Kara juga bersikap aneh saat sarapan dan naik kedalam mobil.

Beberapa menit lalu...Saat sarapan. Kara hanya diam dan tidak menyentuh makanannya sama sekali. Suasananya juga canggung. Saat lubangnya ditusuk ia berteriak sangat keras jadi semua orang dirumah itu bisa mendengarnya. Kara diam diam memperhatikan mamanya.

Aah...lo gak usah pura pura gak peduli gitu dong, pikirnya melihat sang mama sibuk mengobrol dengan suami barunya. Entah kapan mereka. Reno diam diam melirik dan tersenyum kearah Kara. Bikin merinding.

"Lana," panggil Kara keadiknya yang langsung menoleh "mau makan disamping kakak gak?"

Sang adik tersenyum dan mengangguk lalu pindah disamping Kara dengan membawa makanannya "Lana makan bareng kakak, boleh?" tanya si adik memastikan. Kara mengangguk sabagai jawaban.

Rena yang melihat tingkah anaknya yang tak biasa itu sontak menoleh Baru kali ini kara memperlakukan adiknya dengan lembut. Biasanya Kara selalu membentak saat adiknya ingin dekat. Lana, sang adik, menggenggam erat tangan kanan Kara yang hanya diam diatas paha.

Kara tersenyum kearah mamanya "papa beneran dateng minggu ini, ma?'' tanyanya tiba tiba membuat Rena bingung. "Gak bisa diundur?" "Harus minggu ini?" "Kara gak mau" pertanykaan Kara yang terus menerus keluar membuat yang lain semakin kebinggungan.

"Kakak kenapa?!" tanya Lana menghentikan Kara. Sang kakak hanya tersenyum lalu bangkit dari duduknya. Sepertinya akan langsung berangkat

Kara menoleh kebelakang saat sudah berada dekat rak sepatu. Aru masih duduk disofa ruang tamu dengan memperhatikannya, dengan senyuman menggelikan terukir diwajahnya. Orang itu bertindak seenak jidat seolah rumah ini adalah miliknya dan yang lain hanyalah pembantu ataupun budak. Baru kali ini Aru terlihat mengerikan. Ia juka tidak akan meninggalkan rumah ini sebelum Kara menaiki mobil Mahereza

"Lo gak denger suara mobil?" ranya Aru menyadarkan lamunan Kara. Memangbenar ada suara mesin mobil yang menyala. Kara memalingkan pandangan lalu bergegas memakai sepatu. "Kalo lo lambat kaya gitu gue bakal bilang ke mereka kalo lo gak sekolah karenas abis gue ewe" Aru mengatakan hal menebalkan lagi

Setelah itu Kara langsung bergegas pergi dan menyebrang kerumah Mahareza. Bahaya jika Aru memberitahu mereka , Harga diri nya akan langsung dipandang menyedihkan. Kara sudah sering dikasihani sampai membuatnya muak dengan betapa menyedihkan hidupnya sampai saat ini. Kira kira seperti itulah jika digambarkan dengan kata kata. Intinya sangat menyedihkan.

.

.

.

.

.

.

Sesampainya disekolah. Arcell dan Kara langsung pergi kekelas, karena Marcell harus menemui kepala sekolah terlebih dahulu. Kara merasa sangat canggung kali ini, padahal ia sudah biasa bersama Arcell. Apa mungkin karena dimobil tadi Arclell hanya fokus dengan adiknya?    

  Kara sekali kali melirik mata Arcell, berharap sahabatnya mengatakan sesuatu. Dan ternyata tidak bisa.Apa ia membuat Arcell kesal? atau Arcell sedang marahan dengan adiknya?tapi itu tidak mungkin. 

Kara menghentikan langkahnya, Arcell juga ikut berhenti

"Kenapa? ini udah di depan kelas loh, lo mau pipis?" Arcell menarik seragam Kara agar mendekat "Mulai sekarang gue harus lebih perhatiin lo"  

Kara menoleh dengan tatapan aneh "Lo kenapa?" tanya nya yang hanya dapat senyuman dari Arcell.   

Ternyata bukan hanya dirinya yang aneh pagi ini, bisa kah keanehan menular? ya.. tidak mungkin lah! ini hanya pikiran buruknya. Tekadang Kara tidak bisa membedakan halusinasi dan kenyataan, seolah menjadi satu. Lebih jelasnya, selama kesengsaraannya hampir terjadi lagi, Kara akan menggila dan menganggap semua ucapan atau sentuhan seseorang memiliki maksud pelecehan.  Sekarang Kara berpikir kalau Arcell sedang mencoba melecehkannya dengan sok simpati.   

  Kara saat ini sedang melayang melayang didalam prasangka buruknya yang sangat intim. Itu membuatnya bingung sendiri. Arcell mengangkat paksa tengkuk Kara "Apa menurut lo sahabat bisa saling mencintai?"  

  Kara ternga-nga mendengarnya. Otaknya semakin kotor dengan kalimat itu"Lo kenapa?! lo udah bosen sama adek lo sendiri?! atau lo mau jadi pihak atas?!" Setelah mengatakan itu Arcell malah tertawa dan menyeretnya ke tempat duduk. Mau tak mau Kara harus meletakkan bokong nya di kursi itu.

"Ra, lo harus cepet cepet punya pacar. Di persahabatan kita-- bukan, banyak orang yang bakal mau ngurung lo, bisa jadi sahabat sahabat lo sendiri. Lo harus ada yang ngejagain mulai sekarang"    

   Arcell mengecup kening sahabatnya dengan lembut. Ntah apa tujuannya setelah mengatakan kalimat panjang itu. Yang lebih bahaya lagi jika Arcell benar benar bosan dengan adiknya. Apa arti ucapan itu? Arcell ingin mengurungnya atau menyelamatkannya? Memangnya Arcell tau tentang kiriman kemarin? Apa maksudnya?    

Crazy Love; Crazy Boyfriend [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang