10. Hati yang gundah

387 69 7
                                    

Flora saat ini sedang beristirahat, pekerjaan rumahnya sudah ia selesaikan sebelumnya. Sekarang waktunya ia berleha-leha sambil menunggu balasan dari Penjuru Hati

Ah, keadaan Flora saat ini seperti orang yang baru pertama kali mengenal cinta. Tapi satu hal yang perlu Flora pastikan, apakah orang yang menyukainya ini adalah laki-laki, atau ternyata yang menyukainya adalah perempuan.

"Daripada kepikiran mending tanya aja gak sih."

Flora berpikir demikian dan langsung mengetik sebuah pesan untuk Freya, setelah Flora selesai mengirim pesan itu, ia buru-buru keluar dari room chat Freya.

Meninggalkan handphone-nya di kamar, Flora menuju dapur untuk meneguk segelas air mineral.

Flora berharap jawaban yang diberikan si Penjuru Hati sesuai dengan ekspetasinya.

..

..

..

..

..

Sekitar jam empat sore Freya baru saja terbangun dari tidur siangnya, ia menatap ruangan 4 x 4 m² miliknya, saat Freya ingin beranjak dari tempat tidurnya. Dia tidak sengaja menyenggol kaki Jessi yang sedang tertidur di lantai kamarnya.

"Jessi, tidur di kasur, gih." Seraya Freya menepuk pelan pundak Jessi.

"Hah? Gak usah, gua abis ini mau pulang aja." Jessi mengusap matanya sembari menutup mulutnya yang kembali menguap. 

"Makan dulu, gua masakin." 

"Dih, bisa masak lu?" tanya Jessi. 

"Bisalah, aman kok, gak ngeracunin." 

Jessi hanya memberi anggukan, ia berdiri menghampiri Freya yang sedang merapikan tempat tidurnya, jessi membawa tas miliknya untuk ditaruh di ruang tamu agar sudah selesai makan ia bisa langsung pulang. Saatnya Jessi pergi ke dapur untuk melihat Freya memasak

"Jangan racunin gua ya, Frey. Gua masih belum jadian sama Olla, hehe."  Jessi memperingati Freya untuk tidak meracuni dirinya.

"Elah masakan gua tuh enak, chef renata aja kalah."

"Si paling deh, gua tunggu di meja makan, ya."

Freya tidak membalas omongan Jessi dan lebih memilih fokus pada masakannya.

Tiba-tiba alunan musik yang diputar melalui handphone Jessi mulai terdengar, Freya mulai mengikuti tempo dari lagu ini. Tepat sebelum mencapai reff lagu, Freya menyadari bahwa Jessi sedang menjahilinya.

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang
karena telah terbiasa

"Jessi anjing! Kenapa nyetelnya lagu ini sih, bangsat!" Freya merutuki Jessi yang sedang menahan tawa di meja makan sekarang.

..

..

..

..

..

Setelah makan Jessi berterima kasih kepada Freya karna sudah memberinya tumpangan tadi siang, Jessi kini pulang dengan diantar oleh Freya.

"Makasi, Frey. Tiati di jalan lu." Jessi melambaikan tangannya dan langsung meninggalkan Freya di depan rumahnya.

Baru saja membuka pintu rumah, Jessi sudah mendengar suara bentakan dari ruang keluarga. Jessi hanya menghela napas sembari menaiki tangga menuju kamarnya, tidak lupa ia juga mengunci pintu kamarnya.

"Hadeh, day-day ribut mulu." Bukan tanpa alasan Jessi berkata demikian, karna hampir setiap hari kedua orang tuanya selalu meributkan hal yang sama.

Pernah satu hari, keributan mereka berdua sampai pada puncaknya, mereka berdua ingin berpisah. Untungnya tidak jadi karena mereka masih memikirkan adik Jessi yang masih berusia sepuluh tahun.

Jessi merapikan tasnya dan bergegas mandi, dirinya butuh mendinginkan kepalanya setelah seharian di luar. 

Setelah Jessi mandi mulai terdengar suara ketokan pintu kamarnya,melihat siluet kaki yang sedikit lebar, kemungkinan itu adalah ayah dari Jessi. 

Pintu terbuka dan benar sesuai dugaan Jessi, orang di balik pintu itu adalah ayahnya. Jessi mempersilakan ayahnya masuk sembari mengunci pintunya kembali.

"Kenapa, yah?" 

"Kamu sementara ngekos dulu, ya? Ayah mau sewain kamar kamu biar ada penghasilan tambahan." Dengan sangat pelan serta lembut ayah Jessi berkata demikian.

"Kenapa gak kamar kakak aja? Kan kamar dia gak kepake tuh." Jessi berusaha untuk mempertahankan kamar ini, kamar yang menjadi saksi bisu dirinya. 

"Barang-barang kakak kamu itu banyak, susah buat dipindahin. Kamu ngalah, ya?" 

"Lucu deh, yah. Aku terus yang disuruh ngalah, sekali-kali aku juga mau kali diprioritasin." Jessi mengadu nasib untuk terakhirnya, seperti dugaan Jessi sang ayah selalu menjawab. "Kamu kan udah gede harus ngalah sama kakak dan adek kamu, ya?" 

"Terserah, mendingan ayah keluar. Aku mau rapiin kamar, biar besok minggat dari rumah ini." Jessi seraya bangkit dan mengusir secara kasar ayahnya untuk meninggalkan kamar miliknya. 

Dengan berat hati sang ayah meninggalkan kamar anak tengahnya, tidak lupa ia juga menutup kembali pintu kamar. Ayah dari Jessi merasa tidak enak hati karena secara tidak langsung ia mengusir anak tengahnya keluar dari rumah. 

Sendirian, lagi-lagi sendirian. Pada akhirnya Jessi tidak mempunyai siapa-siapa selain dirinya dan Tuhan, Jessi bisa menjadi gila jika masalah terus-terusan berdatangan secara beruntun seperti ini. 

Jessi mulai merapikan kamarnya sedikit demi sedikit, agar beberapa hari ke depan memudahkan dirinya untuk memindahkan barang-barang.

Setelah merapikan beberapa, Jessi sedikit kelelahan akibat terlalu memaksakan diri, terlebih lagi dirinya belum belajar materi baru malam ini.

"Kita ngelakuin apa aja tuh cape, tidur aja cape, udah gak cape nanti pas udah meninggal." 

Akhirnya, Jessi tetap memaksakan diri untuk belajar malam itu juga. Walaupun dirinya sudah cukup lelah, tapi belajar adalah kewajiban bagi Jessi, terlebih lagi besok adalah hari libur.

Tapi kali ini Jessi berakhir tertidur di meja belajar dengan lampu belajar yang masih menyala serta buku-buku yang masih berantakan. Biarkan Jessi beristirahat dulu, ya? Kita lanjut besok hari. 

Hola, kali ini Freya beneran galau. Kita juga tahu sedikit kehidupan Jessi, sangat gelap yaa.

Kira-kira jawaban Freya dari pertanyaan Flora gimana yaa?

A. Freya ngaku
B. Freya bohong
C. Freya blokir akun Flora

Sekian buat update kali ini, kalian jaga kesehatan yaa dan semangat selaluu!!

TBC

Gula JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang