Pada bab sebelumnya Ani sempat bertanya kepada putrinya untuk berjualan di sekolah.
"Jualan? "Sahut Dinda heran atas pertanyaan ibunya itu.
"Iya, Ibu serius mungkin uang itu bisa membantu kebutuhan sampingan kamu nanti toh kamu juga udah banyak tahu masak kue, Jadi bagaimana? ".
Dinda kemudian berpikir sejenak lalu mengatakan "Iya sih tapi jualannya bagaimana? ".
"Kamu minta tolong saja sama kantin di sana, siapa tahu kamu bisa dibolehin nitip kue sama ibunya".
"Ya udah deh, besok Dinda tanya ibu kantinnya ".
Keluarga kecil itupun melanjutkan makan malam mereka setelah itu mereka pun tidur di kamar mereka masing² , Dinda yang pada saat itu sudah mengantuk berat namun berbeda dengan Ani yang masih memikirkan kehidupan anaknya nanti setelah harus iya tinggalkan sendirian di negeri yang akan sangat jauh darinya.
Setelah lamanya melamun akhirnya Ani pun bisa tertidur lelap hingga tiba suatu pagi...
Terdengar suara piring dari dapur yang tak lain adalah Dinda yang tiba² saja mau mengerjakan sesuatu yang tak pernah iya lakukan, bagaimana tidak mencuci piring adalah kali pertama Dinda setalah iya berusia cukup dewasa, kericuhan itu terdengar oleh ibunya yang baru terbangun dari tempat tidurnya.
"Kak, itu kamu ? Ngapain di dapur Pagi -pagi begini ? " Tanya Ani yang bergegas ke dapur kala melihat putrinya disana.
"Ga ada sih, cuman mau bantuin mama " balas Dinda.
"Ya ampun kamu nyuci piring , Alhamdulillah".
"Hehehe iya Bu , nih udah selesai Dinda mau mandi dulu ya hari sudah makin terang soalnya " sambungnya.
"Ya sudah gih sana "
Ani mengiyakan perkataan putrinya tersebut kemudian iya memasak nasi goreng untuk sarapan putrinya pagi ini.
Sementara putrinya mandi iya menyiapkan pakaian yang akan iya bawa ke Taiwan nanti.
"Ibu , packing sekarang?" Tanya Dinda seraya duduk di kasur kapuk itu.
"Iya kak, ibu berangkat pagi ini juga ibu nitip pesan buat kamu jangan pernah mengeluh apapun itu kondisinya nanti ya".
"Iya Bu, Dinda sayang sama ibu" Dinda mengatakan itu saat iya memeluk hangat ibunya yang kala itu akan pergi cukup lama darinya.
Dengan memakai seragam SMA Dinda kemudian pergi dari kamar untuk sarapan pagi karena tak lama lagi iya harus pergi ke sekolah dihari keduanya.
"Kalau sudah selesai ibu nanti sarapan ya , Dinda duluan ya" ucap Dinda.
"Iya kak" sahut Ani yang melanjutkan packing nya.
Dinda kemudian sarapan dengan sepiring nasi goreng dengan lauk telur ceplok hingga habis lalu iya mengambil tasnya untuk pergi ke sekolah namun sebelum itu iya mengucapkan salam terakhir nya kepada ibu nya yang berada dikamar saat itu.
Dinda kemudian mencium tangan ibu nya lalu mengatakan,
"ibu baik² disana , Dinda sekolah dulu ya " tak sadar airmata Ani terjatuh hingga iya memeluk putrinya dengan sangat erat.
Setalah itu Dinda kemudian pergi berangkat menggunakan sepeda motor yang biasa mereka pakai dalam beraktivitas.
Sepeda motor itu pun berjalan menuju sekolah yang jaraknya tak cukup jauh dari rumah Dinda yang kurang lebih membutuhkan 45 menit lamanya.
Setibanya di sekolah Dinda di panggil oleh sela sahabatnya.
"Din ! Hai disini " tegur sela dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDINDA (OnGoing)
Historical FictionSiswi Perempuan dengan rambut terurai itu adalah aku