Usai pulang sekolah Dinda tak berlama-lama di jalan karena iya harus bergegas pulang untuk melihat apakah Ibunya sudah pergi untuk bekerja memenuhi kebutuhan yang akan datang.
Tibanya Dinda di rumah dia langsung bergegas masuk Seraya Memanggil ibunya.
"Ibu! "Teriak Dinda yang kala itu memanggil ibunya dari teras rumah.
Namun di dalam rumah tidak ada sahutan tan yang terdengar.
"Apa Ibu sudah pergi ya? Baru aja beberapa jam Ibu pergi rumah udah terasa sepi aja "gumam Dinda di dalam hati Seraya manyun karena merasa sedih.
Dinda kemudian duduk di kursi kayu yang berada di ruang tamu yang biasa ia gunakan untuk duduk bercerita kepada ibunya.
"Huh" dinda menghela nafas sembari duduk di atas kursi tersebut.
"Ibu disana lagi apa ya ? Apa ibu udah sampai ? Ibu udah makan belum ya ? Kira-kira majikan ibu baik ga ya?" Pertanyaan tersebut tiba tiba saja terbenak di pikiran Dinda bagaimana tidak hal itu terjadi , karena itu adalah pirasat hati seorang anak kepada ibunya.
Dinda kemudian sadar melihat sebuah lembar surat yang terletak di meja kursi tersebut , tanpa berlama-lama iya lalu mengambil surat tersebut untuk iya baca.
Surat tersebut berisi sebuah pesan dari ibunya yang bertuliskan.
(Surat dari ibu Dinda)Dengan membaca surat tersebut tanpa Dinda sadari airmata nya menetes jatuh ke lantai.
"Kok jadi mewek gini sih " celetuk Dinda mengusap matanya.
"Jadi kalau begitu mandi dulu, nanti sore lanjut buat adonan kue ,paginya Bawa kesekolah Udah deh" ucap Dinda menekuk-nekuk keningnya dengan jari telunjuk tangan kanan.
Dinda pun kemudian mandi dimana setelah itu iya belum bisa beristirahat karena iya harus mempersiapkan perlengkapan untuk iya gunakan saat MPLS besok di sekolah.
Dinda yang mencari kardus di rumahnya sempat kesulitan karena tidak tahu gimana letak kardus tersebut diletakkan oleh ibunya sampai akhirnya iya teringat sebuah gudang yang berada di belakang rumahnya.
Karena merasa bahwa kardus itu pasti terletak di sana iya kemudian melangkah jalan ke gudang.
"Nah pasti disini nih ! " Ucap Dinda tepat di depan pintu gudang.
Karena pintu gudang tidak bisa di buka karena di kunci oleh ibunya dinda sedikit kebingungan.
"Ya elah pakek dikunci segala lagi? Terus gimana cara bukanya coba ? Malah gemboknya berkarat gini lagi " keluh Dinda memegang keningnya karena merasa bingung.
Iya mencoba untuk memutar mutar gembok.
"Diputar kali ya ?"gumamnya memutar gembok tersebut namun bukan nya terbuka malah tangannya yang luka akibat memutarnya terlalu brutal."Anjj!" Replek Dinda Sembari memadukan jari tangannya yang luka kedalam mulutnya.
Sempat merasa kebingungan Dinda kemudian terpikir cara lain saat melihat batu di depan kakinya.
"Gimna lagi ini?" Dinda Mengeluh menunduk ke bawah dan melihat batu.
"Nah itu dia " ucapnya menjentikkan jarinya hingga berbunyi.
Iya kemudian mengambil batu tersebut lalu memukulkannya tepat mengenai gembok tersebut sampai akhirnya terbuka.
"Akhirnya".
Pintu gudang pun terbuka Dinda langsung masuk kedalam mencari -cari yang akhirnya menemukan barang yang ia cari.
"Nah di sini ternyata ".
Tindak kemudian mengambil kardus tersebut Lalu membawanya ke dalam rumah untuk Iya potong-potong menjadi beberapa bagian yang akan dijadikan peralatan nantinya ia butuhkan.
Setelah beberapa menit berlalu akhirnya perlengkapan tersebut belum siap namun indah masih belum bisa beristirahat karena harus membuat adonan kue untuk dia bawa ke sekolah.
"Capek juga ternyata" celetuk Dinda seraya mengusap keringatnya.
"Baru ini aja udah capek , gimana mau buat kue lagi ?".
Jam yang menunjukkan pukul 16:30 iya lalu berdiri tergesa-gesa ke dapur untuk membuat adonan.
Dengan beberapa waktu berlalu akhirnya kue kering buatan dinda pun selesai juga.
"Kalo gini terus bisa mati nih!".
"Kue nya udah jadi , tapi apa kantinnya mau di titipin ya? " Sambungnya.
Karena sudah merasa cukup lelah dan letih Dinda memutuskan untuk makan malam dengan makanan yang sempat iya pesan di grabfood.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDINDA (OnGoing)
Historical FictionSiswi Perempuan dengan rambut terurai itu adalah aku