Prologue

14 2 0
                                    

Selamat datang di Garis Sekat.

Notes: Please listening to Everytime by A1 while you read this prologue:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Notes: Please listening to Everytime by A1 while you read this prologue:)

***

Prologue

Sejak awal, cerita ini bukan tentang gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak awal, cerita ini bukan tentang gue. Ini selalu tentang kita atau kamu.

Gue duduk di posisi yang sama seperti masa yang lalu. Duduk menghadap pantai di mana ombak saling berkejar-kejaran dengan angin laut berembus lembut, membawa aroma asin dan kelembaban khasnya. Di kejauhan, matahari mulai tenggelam, menciptakan semburat jingga hasil mahakarya Tuhan yang gak pernah gagal. Sekilas gue terbayang wajahnya—yang juga dipahat Tuhan dengan begitu indah.

Apa yang ada di sekitar gue rasanya masih sama seperti kali terakhir gue di sini. Kemudian terdengar suara lembut dari masa lalu—suara seseorang yang akrab, menyanyikan sebuah lagu yang pernah kita dengarkan sama-sama. Sangat jelas sampai gue merasakan sosoknya duduk manis di samping gue.

"Everytime I kiss I feel your lips and

Everytime I cry I see your smile and

Everytime I close my eyes I realise that

Everytime I hold your hands in mine

The sweetest thing my heart could ever find

And I have never felt this way

Since the day I gave your love away."

Namun, seiring berjalannya waktu, senandung itu perlahan mulai pudar, seolah terbawa angin yang menjauh. Untuk kemudian benar-benar gak terdengar lagi.

"Fuck, I don't even know how to say it, Man."

"Ngomong aja."

"Dia udah menikah."

Kemudian percakapan itu berputar-putar di kepala gue. Sebenarnya, ini detik yang gue tunggu. Dalam tahun yang udah gue lalui, kalimat itu yang gue tunggu-tunggu, atau kenyataan ini yang gue mau terima.

"Dia udah menikah."

Karena alih-alih gue merasa kecewa, gue malah merasa lega dengan kabar itu. Karena pernah ada banyak malam yang dihabiskan untuk mempertanyakan bagaimana perasaan gue ketika dia benar-benar sudah jadi milik orang lain. Ternyata gue bahagia, buat dia. Tanpa ada perasaan hancur, kecuali rasa rindu kepada banyak perbincangan tahun-tahun itu. Selebihnya gue rela karena semuanya digariskan begitu tepat.

***

Selamat datang di perjalanan baruku ya! By the way ini spin off dari If We Didn't Meet. Apakah aku harus baca dulu If We Didn't Meet? Gak perlu karena ini cerita di timeline yang berbeda. Tokoh utamanya juga bukan lagi Ivan atau Teresa. Kalian masih ingat kakaknya Ivan? Ravendra, dia yang bakal jadi pendongeng di If We Meet Earlier. Semoga ceritanya yang sederhana ini bisa jadi rumahmu yang nyaman yaa:)

I made a playlist for this story. Dengan senang hati mengajak teman-teman bersua di Spotify Cece Drake, thank you:)

 Dengan senang hati mengajak teman-teman bersua di Spotify Cece Drake, thank you:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Garis SekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang