05. Four Things About Her

6 1 0
                                    

Gue menggenggam jaket biru laut miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue menggenggam jaket biru laut miliknya. Kami berdua berjalan di bawah rimbunnya pohon-pohon. Gue melirik layar handphone gue.

Jam 5 sore.

Kami menghabiskan waktu terlalu lama di panti jompo tadi. Sebelum akhirnya Maristela tiba-tiba berubah sikap dan ingin pulang. Untuk beberapa saat lalu gue lihat sosoknya yang begitu hidup dan bahagia, menari di hadapan gue. Cuman sekarang dia kembali jadi Maristela yang 'itu.'

Yang gak bisa gue pahami.

Jadi kami cuman berjalan dalam diam, beiringan tanpa percakapan. Such a pathetic situation.

"Maristela! Lihat langitnya lagi bagus, tuh!" Gue menunjuk awan senja ini, merah muda—persis kayak pipinya.

"Hmmm ...." Dia cuman melihat sekilas kemudian lanjut berjalan.

"Aku buat salah, kah?"

Dia menggeleng.

"Terus kenapa?"

"Kenapa apa?"

"Kenapa kamu mendadak berubah?" Gue terkekeh karena gak mau membawa perbincangan ini terlalu serius.

Entahlah, gue merasa takut kalau dia kesal atau menanggapi hal ini terlalu sensitif. Cuman gue betul-betul gak bisa jadi seseorang yang gak tau apa-apa soal dia.

"Berubah?" Dia berhenti sejenak, memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah dan kembali menatap gue. "I'm still human, anyway."

"Nggak, maksud aku itu kamu mendadak diam. Kamu bersikap kayak aku baru lakuin hal buruk gitu sebelumnya."

"Tapi nggak gitu, kan, kenyataannya." Kemudian dia kembali berjalan begitu saja.

Seolah gue angin lalu yang cuman perlu sedetik aja dapat perhatiannya. Dia kembali berjalan sangat cepat, seolah benar-benar malas bersebelahan dengan gue.

Gue bau badan? Nggak juga.

Gue berlari, masih menggenggam jaketnya di tangan gue. Sampai akhirnya gue teringat kalau gue punya sesuatu buat dia. Gue membuka tas selempang kecil yang sengaja gue bawa untuk tempat air mineral dan kotak hadiah ulang tahun untuk dia.

Gue mencoba meredam rasa kesal gue karena sikapnya, kemudian berlari menyusul langkahnya. "Hey, hey, hey!"

"Apaa lagi? Ini udah sore, loh. Aku harus pulang."

"Ini. Hadiah ulang tahun edisi telat," kata gue sambil mengulurkan kotak kecil dan tersenyum kecut.

 Hadiah ulang tahun edisi telat," kata gue sambil mengulurkan kotak kecil dan tersenyum kecut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Garis SekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang