02. The Conversation at Java Jive

24 4 0
                                    

Semoga banyak bintang jatuh setiap harinya untuk kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga banyak bintang jatuh setiap harinya untuk kamu. Supaya kamu tau betapa bahagianya punya hari di mana kita bisa buat banyak permohonan, karena harapan yang buat kita tetap hidup.

***

"Mas, bisa gak nyanyiin lagu Happy Birthday buat cewek yang pakai baju sage itu?" Seorang cowok datang saat gue hendak lanjut ke atas panggung.

Tangannya mengulurkan selembar uang seratus ribu.

"Yang mana?" Gue berpura-pura gak tau kalau maksud si cowok ini adalah Maristela.

"Itu, Mas!" tunjuknya dengan begitu antusias.

"Aduh maaf, Mas. Gak bisa, euy."

Gue menolak, karena cowok ini malah ngasih gue ide.

"Yahh, saya tambahin, Mas!" Dia mengeluarkan satu lagi seratus ribu yang cukup menggoda gue, karena gue pengen beli gelato di sebelah yang udah bikin gue ngiler sejak ke sini.

"Aduh gak terima request buat satu orang, Mas. Gue—maksdunya saya. Saya nyanyi buat semua orang, bukan buat satu orang."

"Ah, yaudah makasih, Mas." Lelaki dengan jaket kulit hitam dan jeans robek itu kembali duduk.

Dia duduk di samping Maristela.

Kemudian gue semakin berapi-api untuk melakukan niat gue, gue berjalan ke atas panggung dan berbisik ke telinga Alge. "Gue bakal nyanyi Happy Birthday."

"Lah, Mas! Kok jadi lagu begitu?!" Alge protes.

"Udah lo turutin aja!"

Kemudian gue duduk di kursi sambil memangku gitar. Ada suara feedback dari mikrofon yang mengalihkan atensi beberapa orang, karena suaranya yang mengganggu dan nyaring.

"Cek, cek."

Gue mulai memetik gitar gue.

"Ini lagu gue bawain buat orang-orang yang lagi berulang tahun di bulan desember ini." Gue berbicara sambil menatap Maristela yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Happy birthday to you."

Mata gue terus terpaku pada perempuan dengan sweter rajut sage yang rambutnya diikat asal.

"Happy birthday, happy birthday ...."

Gue gak pernah percaya sama jatuh cinta pada pandangan pertama. That's a bullshit. Makanya gue hanya akan mengakui. Gue kagum. Gue terpesona sama Maristela.

Jantung gue berdetak lebih cepat waktu mata sayu itu menatap ke arah gue. Tangan gue mulai gemetaran, gue mulai buta nada waktu bernyanyi karena tatapan itu.

"Happy birthday to you."

Gak ada yang tepuk tangan. Sama sekali. Kecuali si birthday queen. Maristela bertepuk tangan singkat kemudian kembali menatap ponsel. Sesekali cowok tadi menatap marah ke arah gue. Gue cukup pintar menerjemahkan pandangan seseorang. Dari cara pandang cowok itu, dia bilang sama gue: Mulut busuk, lo kata tadi gak bisa nyanyi Happy Birthday.

Garis SekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang