"Pliss aku tidak mau ke rumah sakit, aku hanya cukup tidur saja setelah ini pasti akan sembuh." Ashok kembali memeluk Erina, bahkan tanpa balasan dari Erina.
Erina masih diam, ia ingin tertawa tapi Ashok akan tersinggung. Ia pikir manusia kejam dan keras seperti Ashok tidak takut apapun tapi ternyata ia salah, Ashok takut pada jarum suntik hanya sebuah jarum suntik yang menurut Erina itu hanya benda kecil yang tidak terlalu menyakitkan.
Kalau sudah begini Erina juga tidak ingin memaksa, khawatirnya jika ia memaksa maka Ashok akan semakin memburuk.
"Baiklah, sekarang lepaskan aku dulu, aku akan mengambil kompre dan untuk demam mu."
Ashok mengangguk, ia melepaskan Erina dan membiarkan istrinya itu merawat dirinya. Erina mengambil handuk kecil dan air hangat, ia akan membersihkan tubuh suaminya supaya Ashok terlihat lebih segar dan nyaman.
Ashok sendiri terus memperhatikan istrinya yang merawat dirinya dengan begitu telaten. Penyesalan besar hanya karena ke salah pahaman ia menyakiti Erina begitu luar biasa. Tapi istrinya tetap berbakti di saat ia tidak berdaya.
**********
3 hari berlalu, keadaan Ashok sudah membaik, bahkan ia sudah tidak lagi merasakan tubuhnya yang lemas dan pusing. Di saat itu juga Ashok merasa takut, takut kalau Erina kembali pada sikapnya yang mendiamkan dirinya. Sikap acuh pada dirinya. Ashok bingung harus melakukan apa supaya tetap membawa Erina bersama dengannya.
Setelah makan malam, seperti biasa Erina menyiapkan obat untuk Ashok minum. Ia mendatangi kamar suaminya dan membawakan obat serta minum untuk Ashok.
"Minum obat ini, besok waktunya cek up ke dokter. Tidak ada penolakan, karena ini permintaan dokter Irawan." Erina memberikan butiran obat yang sudah ia keluarkan dari tempatnya kepada Ashok.
Ashok menerimanya, dalam hitungan detik butiran obat itu sudah habis di telan oleh Ashok. Erina membereskan kembali gelas yang baru saja di gunakan oleh Ashok, ia berniat untuk membawanya ke bawah, dan setelah itu ia ingin tidur di kamarnya. Jujur saja Erina belum sanggup jika harus kembali satu kamar dengan Ashok.
Kemarin, ia menerima karena memang Ashok, sedang sakit, tapi sekarang tidak, karena Erina lihat Ashok sudah membaik.
Baru saja Erina akan membawa pergi gelas milik Ashok, tangannya lebih dulu di tahan oleh suaminya itu.
"Sayang..." Ucapan Ashok seketika terhenti, ntah kenapa tiba-tiba tenggorokannya terasa berat untuk sekedar mengucapkan supaya istrinya tidur dengannya.
Erina menoleh, tatapan keduanya bertemu, di mana Erina menatap penuh tanya dan Ashok yang nampak gugup untuk menjelaskan tujuannya.
"Ada apa?" tanya Erina.
"Biarkan saja di situ sayang, kemari, aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Ashok membawa Erina duduk di hadapannya.
Erina masih biasa saja, ia tidak tau apa yang akan di ucapkan oleh suaminya saat ini. "Ada apa? Cepat katakan ini sudah malam sudah waktunya istirahat."
Tangan Ashok tergerak merapikan anak rambut Erina dan menyimpannya di sela telinga sang istri. "Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan maaf mu, aku tidak akan mundur karena penolakan dari mu. Sayang, aku sangat bersalah, aku sudah menyakiti mu, menghancurkan mu bahkan membunuh anak kita. Tapi... Aku mohon, berikan satu kali kesempatan untuk ku sayang, aku akan buktikan pada mu, aku akan memberikan yang terbaik lebih dari apapun, aku akan membuktikan kalau aku tidak akan melakukan hal yang sama untuk kedepannya."
Erina diam, ia tidak mengatakan apapun lagi. Akan tetapi dadanya terasa begitu sesak bahkan untuk bernafas saja terasa sangat sulit sekali.
"Sayang.. Mas mohon, berikan kesempatan kedua untuk mas sayang, mas janji tidak akan melakukan hal yang sama, mas janji mas akan berubah.. Mulai sekarang, kita mulai dari awal sayang, kita akan sama-sama dan mas akan tunjukkan kalau mas tidak akan melakukan hal yang sama lagi." Ashok menciumi kedua punggung tangan istrinya. Ia benar-benar ingin memperbaiki rumah tangganya dengan Erina ia ingin semuanya kembali seperti dulu.
"Mas tidak memaksa kamu cepat memaafkan mas, tapi mas hanya ingin kita kembali seperti dulu sayang, di mana tidak ada lagi tempat yang terpisah, kita terus selalu bersama dan saling menyemangati satu sama lain."
Erina diam, air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya, hingga dalam hitungan detik air mata itu mengalir dengan sendirinya. Bohong kalau ia tidak ingin memperbaiki semuanya, bohong kalau Erina tidak rindu kebersamaan itu. Tapi rasa sakit itu....
Erina diam, ia belum memberikan jawaban dari ucapan Ashok, bahkan ia sama sekali tidak mau menatap pada suaminya. Tangan Ashok bergerak mengusap air mata istrinya dengan sayang.
Perasaan cinta keduanya masih sangat besar, akan tetapi karena salah faham itu membuat keduanya menjadi tidak bisa bersama dengan baik, hidup dalam satu rumah dengan sikap yang acuh dan bodo amat, seolah keduanya hanya orang asing yang kebetulan tinggal satu rumah.
*********
Hai semua.. Seperti biasa, lengkap ada di karyakarsa Hellow28
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed Mafia Love ( 21+)
RomansaHarap bijak ketika baca. Mengandung 21++ masih bocil menyingkir. Dosa tanggung sendiri. Erina Herley, seorang siswi SMA kelas 3 yang di paksa menikah dengan tuan Mafia kejam karena orang tuanya memiliki banyak hutang. Ia tidak pernah mendapatkan ka...