PERASAAN YANG RUMIT

4 2 0
                                    

Welcome di dunia Author yang mempesona! Bersama-sama, kita akan menjelajahi lorong-lorong imajinasi, menemukan keindahan dalam setiap baris yang kita temui. Mari kita nikmati perjalanan ini bersama, di mana cerita-cerita menanti untuk mengisi hati dan pikiran kita. Selamat menikmati!

Reya duduk di bangku kelas, mencoba untuk fokus pada pelajaran matematika yang sedang berlangsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reya duduk di bangku kelas, mencoba untuk fokus pada pelajaran matematika yang sedang berlangsung. Namun, pikirannya melayang jauh dari rumus-rumus yang diajarkan oleh guru. Matanya terus-menerus terarah pada Aji, yang duduk beberapa baris di depannya, di sebelah Nanda, pacarnya.

Aji, Nanda, dan sekelompok teman mereka sedang asyik bercanda dan tertawa di kursi mereka. Reya bisa mendengar tawa mereka yang ceria, tetapi hatinya terasa berat saat dia menyaksikan kedekatan yang mereka miliki. Dia merasa seperti seorang penonton yang terasing, memperhatikan dunia yang berputar tanpa dia.

Dan kemudian dia bilang, " Eh bukan anjing, itu monyet!' Hahaha!" Aji tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh tawa riang dari teman-temannya, termasuk Nanda.

Reya berusaha untuk tidak terpengaruh oleh suara tawa Aji, tetapi itu membuatnya semakin terpuruk dalam kesedihannya. Dia tahu bahwa dia tidak bisa bersaing dengan kebahagiaan yang ada di antara Aji dan Nanda. Mereka adalah pasangan yang sempurna, sementara dia hanya seorang penonton yang terpinggirkan.

Walaupun dia mencoba untuk tetap tenang dan bersikap biasa-biasa saja, Reya merasa air matanya mulai mengancam untuk menetes. Dia berharap agar mereka tidak melihatnya menangis, karena dia tahu itu hanya akan membuat segalanya semakin rumit.

"Rey, lo kenapa?" tanya salah seorang temannya, Lisa, yang duduk di sebelahnya, saat dia melihat ekspresi sedih di wajah Reya.

Reya berusaha tersenyum dan menggelengkan kepala. "Gakpapa, Lisa. Aku cuman capek aja," jawabnya dengan suara serak.

Namun, Lisa tidak terpengaruh oleh jawaban Reya yang coba-coba. Dia bisa melihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan temannya itu. Namun, sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, bel pelajaran berbunyi, menandakan akhir dari sesi pelajaran tersebut.

Reya merasa lega saat bel berbunyi, memungkinkannya untuk melarikan diri dari situasi yang membuatnya semakin tertekan. Dia segera mengumpulkan buku-bukunya dan berdiri dari kursinya, berusaha untuk menghindari tatapan Aji dan Nanda.

Namun, sebelum dia bisa melangkah keluar dari kelas, dia merasa tangan seseorang menyentuh bahunya dengan lembut. Dia menoleh dan melihat Aji berdiri di sampingnya, dengan senyum hangat di wajahnya.

"lo kenapa Rey? gue liat ada sesuatu yang Ganggu lo," tanya Aji dengan penuh perhatian.

Reya berusaha menjaga ketenangannya, tetapi dia merasa sulit untuk menyembunyikan emosinya di hadapan Aji. "Gakpapa, Aji. Aku cuman pusing aja," jawabnya dengan suara yang bergetar.

Aji menatap Reya dengan pandangan yang penuh kekhawatiran. "lo yakin?" tanyanya lagi.

Reya mengangguk, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. "Ya, aku baik-baik saja kok. Terima kasih, Aji," ucapnya dengan suara lemah.

Ruang kelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang