Hari ke-3 : A Brunch with Crush

68 16 21
                                    

Minggu. 28 Juli 2024

Yeshana terbangun dari tidurnya setelah sayup-sayup mendengar suara musik yang disetel dari pengeras suara di lantai satu. Mata cokelatnya memicing, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam sang iris. Selepas itu dia meregangkan ototnya yang kaku dan menggeser pantat sampai ke tepi tempat tidur. 

“Oh, baru jam setengah sepu–hah?! Sekarang udah jam setengah sepuluh?!” pekik Yeshana dengan kedua mata yang terbelalak. Gadis itu buru-buru turun dari ranjang dan menata kembali sprei dan peralatan tidur lainnya seperti sedia kala. Selanjutnya dia bergegas meninggalkan kamar sambil menguncir rambut coklatnya.

Kaki jenjang Yeshana bergerak dengan tempo cepat menuruni beberapa tangga menuju lantai satu. Langkah perempuan itu mulai melambat ketika menghampiri sebuah minibar yang memisahkan ruang makan dengan dapur, lalu berhenti di dekat minibar penyekat tersebut. 

“Om Sagara sama tante Riani ke mana, Ka? Kayaknya hari ini gue belum denger suara mereka deh,” tanya Yeshana membuka suara. Gadis itu memandangi Mikail yang tampak sibuk sendiri di depan kompor selama beberapa saat, kemudian bergerak mendekati pemuda itu. 

“Oh, mereka ke Tangerang, Sha. Katanya sih mau ngehadirin pernikahan anak temennya papa.”

Yeshana mengangguk paham saat menanggapi jawaban Mikail. Setelah itu pandangannya berpindah kepada dua butir telur ceplok di atas teflon yang dipegang si lelaki. Keningnya mengernyit, memandangi bentuk makanan yang kini sudah tak beraturan itu. “Mika … ini kenapa bentuk telurnya agak aneh, ya?”

Mikail buru-buru menengok ke arah Yeshana sambil mematikan kompor. Laki-laki bermata bulat itu tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kemudian ia memindahkan telur tersebut ke atas masing-masing piring yang sebelumnya diambil dari rak di atas kompor.

“Hm, bentuknya emang gak karuan,” ucap Mikail sambil meringis. Lalu dia memberikan salah satu piring tersebut kepada Yeshana. “Tapi semoga rasanya enak, ya,” sambung pemuda itu. Selanjutnya ia bergeser ke depan rice cooker dan mengambil beberapa centong di sana. 

Yeshana mengekor di belakang Mikail setelah bergeming memandangi punggung lebar milik pemuda itu. Kemudian selepas mengambil nasi, dia berjalan cepat memasuki ruang makan dan menduduki kursi tepat di seberang Mikail

Huh?

Dahi Yeshana spontan mengerut tatkala telur ceplok buatan Mikail menyentuh permukaan lidahnya. Rasa asin dan pahit yang bercampur dengan air liur menghasilkan sensasi aneh yang kurang menyenangkan. Lantas perempuan itu segera menenggak air minum di dekatnya sampai nyaris tersisa setengah gelas. 

Sorry, sebenernya lo ngasih garam berapa sendok, Ka? Kok bisa asin banget, ya?” tanya Yeshana hati-hati. Ada perasaan khawatir yang muncul di hatinya. Dia takut kalau pertanyaannya ini malah membuat Mikail tersinggung. Namun apa boleh buat? Memang kenyataannya begitu, kok!

“Asin?” 

Mikail mengulang satu kata yang diucap Yeshana sambil mengernyitkan dahi. Setelah itu dia memasukkan sepotong kecil telur tersebut ke dalam mulut. Namun belum sampai satu menit berjalan, pemuda itu buru-buru mengambil tisu dan melepeh makanannya di sana. Setelah itu dia meneguk satu gelas air mineral di dekatnya sampai habis.

“Ternyata bener kata lo ya, Sha. Telurnya asin banget, hahaha!” kata Mikail sembari tertawa. Setelah itu dia mengangkat piringnya dan beranjak dari tempat duduk di seberang Yeshana. “Sekarang kita cari makan di luar aja, ya. Gue takut lo malah keracunan kalau makan telur buatan gue.”

Mikail menghampiri Yeshana dan mengambil piring gadis itu sembari tersenyum kikuk. Kemudian dia berjalan gontai menuju dapur yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempat perempuan manis tersebut berada, lalu meletakkan piring kotor mereka di kitchen sink setelah membuang sampah makanan pada piring tersebut.

Crush! : 40 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang