Selasa, 30 Juli 2024
"Yeshana!"
Yeshana tersentak. Pundaknya spontan bergerak naik ketika sebuah lengan besar membebaninya tanpa izin. Lalu sedetik selanjutnya, dia mendengkus sambil melirik dengan tatapan sinis setelah mengetahui siapa pemilik lengan besar tersebut.
Namanya Harresh. Dia adalah teman baik Yeshana-selain Kamila-yang cukup terkenal di kalangan perempuan. Meskipun ya ... popularitasnya belum setara dengan Mikail si idola sekolah, sih.
"Kalau muncul jangan dadakan, dong! Ngagetin tau!" Yeshana bersungut-sungut dengan wajah yang ditekuk. Dia melepas tangan Harresh dari pundaknya, lalu menggerakkan kakinya lagi mendahului laki-laki tampan berwajah oriental itu.
"By the way, gue denger lo berhasil cetak poin di menit-menit terakhir, ya?" tanya Yeshana mengubah arah pembicaraan mereka.
Harresh langsung membusungkan badan dan tersenyum bangga merespons pertanyaan Yeshana. "Oh, iya dong! Gue sampe dibilang brutal karena ngebobol ring berkali-kali. Ah, sayang banget lo gak nonton, Sha! Lo jadi gak lihat aksi keren kapten basket yang ganteng ini!" cerocos Harresh berapi-api.
"Idih, dasar narsis!" Yeshana mencebik sambil melipat kedua tangannya. "Lagipula, gue gak dateng karena lo tanding kejauhan, Resh. Kalo deket juga pasti dateng, kok!"
"Iya, Dek. Kakak ngerti kok. Ayah Jo pasti gak ngizinin kamu pergi jauh, kan? Kakak paham Kakak paham," balas Harresh sambil menganggukkan kepalanya. Matanya mengerjap sok meyakinkan sementara bibirnya melipat hingga membuat Yeshana bergidik ngeri.
"Berhenti nyebut diri lo Kakak ke gue, Harresh! Kebiasaan banget. Dari segi bulan juga gue lahir duluan dibanding lo, kali!" omel Yeshana tidak terima. Dua matanya memicing, melirik si laki-laki dengan tatapan sengit.
"Gak mau," ucap Harresh enteng. "Selama lo lebih pendek dari gue, lo adalah adik gue. Gak peduli lo lahir duluan atau gimana. Wleeee!"
Kali ini Yeshana tidak menanggapi ocehan Harresh. Dia berhenti melangkah saat tiba di depan pintu kelas IPA 3. Matanya tertuju kepada beberapa orang yang mengerumuni seseorang di meja barisan paling depan.
"Gue duluan, Resh. Sampai ketemu waktu istirahat," ucap Yeshana datar. Kemudian ia berjalan gontai memasuki kelas tanpa mengalihkan perhatian dari kerumunan orang di meja itu yang kini serempak memandang tajam ke arahnya.
Yeshana akhirnya mendaratkan pantatnya pada kursi kosong di barisan ketiga dari belakang. Dia melongok ke samping, mengintip Kamila di sampingnya yang kelihatan asyik sendiri menonton sebuah drama korea di ponselnya. Kemudian pandangannya berpindah lagi kepada kerumunan tersebut.
"Sasimo banget gak, sih. Padahal dia kan udah deket sama Harresh, tapi Mikail juga mau diembat," cibir seorang perempuan berambut pendek saat matanya bertemu dengan Yeshana.
"Ya, mungkin karena Mikail lebih populer kali. Makanya tuh cewek caper sama dia," timpal satu orang lagi yang berdiri di meja itu.
Caper apanya, sih? Yeshana menggerutu di dalam hati. Aduh, jangankan mencari perhatian Mikail, menatap langsung matanya yang jernih itu pun kadang dia tidak berani.
"Jangan dengerin omongan antek-anteknya Arina, Sha," bisik Kamila. Dia memencet tombol jeda di layar, lalu menoleh dan memberikan tatapan serius kepada sosok manis yang duduk di sampingnya itu. "Mereka cuma iri sama lo."
"Iri? Ngapain mereka iri sama gue?"
Kamila memandang gemas ke arah Yeshana yang tampak clueless. Namun saat dia hendak membuka suara, seorang wanita berkerudung motif bunga memasuki kelas dan mengalihkan perhatiannya. Sosok itu adalah Bu Mita, guru mata pelajaran Sejarah Wajib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush! : 40 Days With You
Teen FictionHari itu Yeshana baru mengetahui kalau ayah mendapat tugas ke luar kota selama 40 hari dari kantornya. Berhubung gadis itu merupakan anak tunggal, ayah memintanya untuk tinggal sementara di rumah seorang teman bernama om Sagara. Ayah bilang, om Sag...