terbongkarnya identitas Rem

101 70 21
                                    


!! Part ini penting untuk dibaca !!
Semua konflik mentah dibahas di chapter ini!
Jika ada bagian yang membingungkan bisa langsung tanyakan saja di komen! Saya sebagai Author memaklumi jika anda para pembaca sedikit kesulitan mencerna maksud dari chapter ini karena konfliknya masih terpecah-pecah.

░Y░o░n░k░y░_░c░a░n░

Pov Rem Minora
Lima hari sebelum terjadi pemberontakan dan serangan fisik oleh Amore kepada Galvagleen.

░Y░o░n░k░y░_░c░a░n░

"Apa yang raja ingin sampaikan kepadaku?"

Itulah kata-kata yang terus berputar di kepala Rem. Sudah hampir lima menit Rem hanya terduduk diam berseberangan meja dengan Dean sambil memainkan jemarinya.

Fuhhh...

Kepulan asap putih keluar dari lubang hidung dan mulut Dean, terbang berbaur dengan udara perpustakaan yang mencekam. Hanya ada satu lentera penerangan diatas meja yang berdiri diantara Rem dan Dean.

Fuhhh...

Satu hembusan asap terakhir. Dean mengakhirinya dan meletakkan pipa rokoknya yang terbuat dari kayu keatas asbak di sebelah lentera penerangan. Tangannya menarik laci yang ada di bawah meja dan mengeluarkan sebuah buku tipis bersampul cokelat kusam dengan hiasan jamur hampir di seluruh bagiannya. Itu menjelaskan usia dari buku itu yang tentunya lebih tua dari usia Rem maupun Dean.

"Mangle." Dean menyodorkan buku buruk rupa itu kepada Rem.

Rem menerima buku itu. Bau dari kertas usang mulai tercium menusuk rongga hidung Rem. Perlahan, Rem membuka halaman buku itu satu persatu. Di akhir halaman, terdapat tulisan kecil nama seseorang yang selama ini dicarinya.

"Ini salah satu naskah dongeng Poln Howen bukan?" Tanya Rem setelah memastikan buku itu tertutup rapi. Dia menyodorkan kembali buku itu kepada Dean.

"Oh, benarkah itu buku dongeng? Maaf aku tidak bisa membaca judul bukunya karena itu ditulis dengan aksara Gallen." Dean kembali menarik buku itu dan mengamati tulisan besar yang menghiasi sampulnya. Senyuman tipis terlihat menghiasi wajahnya. Dia kembali meletakkan buku itu keatas meja dan bertanya. "Mangle, bisakah kau menerjemahkan isi dari buku ini?"

"Saya?" Rem menunjuk dirinya sendiri. "Tetapi, kenapa harus hamba Yang Mulia? Hamba bukanlah orang terpelajar, hamba ini buta huruf." Tolak Rem dengan sopan. Tentu saja yang diucapkannya barusan adalah kebohongan.

"Oh iya? Lalu, kenapa kau bisa tahu jika ini adalah naskah dongeng milik Howen?" Dean menaikkan alisnya sembari menunjukkan senyum smirk khasnya.

"Itu... Karena saya tahu anda adalah penggemar Howen."

Telunjuk Dean mengetuk-ngetuk permukaan meja. Dia menyorot Rem dengan datar, karena dia sebenarnya sudah tahu.

"Aku sudah tahu, kau itu datang dari tanah Galvagleen bukan?"

Perasaan Rem cemas bukan main mendengarnya. Identitasnya telah terbongkar. Keringat dingin terlihat berkilau menghiasi wajahnya.

"Itu.. be-benar. Ba-bagaimana anda tahu?" Tanya Rem.

Dean menghentikan telunjuknya yang sedari tadi menciptakan suara gemerutuk. Dia kembali melayangkan tatapan dingin kearah Rem dan menambahkan tawa lantangnya di akhir.

Frozen TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang