surat dari Rem

87 52 6
                                    

Baca doang kagak vote🤡

Tapi gapapa, yang penting cerita gaje ku ini masih ada pembacanya walaupun banyak pembaca yang ngilang.

Dengan segenap jantung hati ampela, Author mau ngucapin Thank you banyak-banyak buat para readers yang masih setia sama Frozen Tears sampai di chapter ini. Kalo bisa kawal sampe jadi buku!

❄️Happy reading❄️

░Y░o░n░k░y░_░c░a░n░

"Zeldward? Aku belum pernah mendengar namanya, ayah." Derresta menggeleng sambil mengerutkan dahinya.

"Itu karena namanya tidak pernah lagi disebut selama beberapa ribu tahun terakhir." Jelas Hoobin.

Derresta mengangguk pura-pura faham. Sebenarnya dia punya banyak pertanyaan tentang Zeldward di pikirannya, namun karena melihat kondisi Falore yang semakin memburuk, dia memilih menyimpan pertanyaannya untuk nanti.

"Berapa lama Falore bisa bertahan ayah?" Tanya Derresta cemas.

Hoobin menggeleng lesu. "Ayah tidak tahu pasti. Jika energi para slime ini habis, Falore tentu tidak akan bertahan lebih lama." Hoobin menggenggam tangan Falore yang sudah diwarnai dengan darah dan menciuminya. Beberapa titik air mata kesedihan Hoobin jatuh diatas punggung tangan Falore.

Di sisi lain, Jem dan Pione tengah berada diantara hidup-mati menaklukkan bola-bola slime peledak. Setiap slime itu meledak, dia akan meregenerasi dirinya sendiri. Meskipun telah meledak berkali-kali, jumlah mereka tidaklah berkurang.

"Brengsek! Sungguh kemampuan yang merepotkan." Umpat Jem.

Jem berlari memikul Pione yang masih terjerat rantai sambil melindunginya. Jika terus menerus begini, Jem tidak akan menang. Dia hanya akan meruntuhkan tembok dan menjebol lantai kastil yang tidak bersalah.

Sebuah bola slime menabrakkan dirinya ke sebuah tembok koridor dan meruntuhkannya, memblokir jalan kabur untuk Jem dan Pione.

"Bawa saja mereka ke taman, kak Jem! Disana tidak ada tembok." Pione mengusulkan idenya.

"Tapi disana ada banyak makhluk hidup, apalagi bola-bola slime langka milik Falore juga berada disana." Jem menolak halus.

Ya, janganlah kalian membandingkan antara Falore dan Jem dalam menghadapi Pione. Tentunya Jem lebih dewasa dan sabar dalam menyikapinya.

"Cepat buat keputusan, kakak!" Desak Pione kepada Jem. Setelah melihat nasib penjaga gerbang utama yang sangat mengenaskan, Pione jadi trauma melihat bola-bola slime berwarna keperakan itu.

"Kita harus bawa mereka keluar dari kastil, Pione!"

"Lakukan sekarang kakak!" Pione menunjuk pintu keluar yang terbuat dari besi.

Tanpa menunggu lagi, Jem berlari menyambangi pintu itu dan menarik tuas untuk membuka pintu.

"Kakak!" Pione berseru.

"Kakak, rantainya hilang!" Sambungnya.

Jem menoleh kearah Pione. Rantai besi yang melilit tubuh Pione telah sirna, bahkan bola-bola slime itu juga menghilang entah kemana.

"Bagaimana bisa?" Tanya Pione dengan raut wajah heran.

Jem tersenyum dan memeluk Pione dengan erat. "Syukurlah. Kurasa tongkat sihir milik Ramez telah hancur. Itu sebabnya sihirnya jadi hilang."

Frozen TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang