Betapa bahagia Shelby. Arya bersedia menikah dengannya, tapi dengan banyak syarat : tidak ada resepsi, cukup dihadiri keluarga dan kerabat, momen pernikahan tidak dibagikan di media sosial, tidak ada bulan madu, setelah menikah Shelby harus tinggal di salah satu rumah milik Arya ... dan beberapa syarat lain. Asalkan bisa menjadi istri Arya, Shelby menyanggupi persyaratan tersebut. Walaupun sebenarnya dia ingin menyelenggarakan pesta pernikahan yang meriah dengan mengundang tak hanya keluarga, tapi juga teman-temannya. Dia memiliki pernikahan impian dengan konsep dan tema tertentu. Namun biarlah impiannya yang satu itu tak terwujud, tapi impian yang lain menjadi nyata.
Bahagia Shelby sudah pasti bahagia orang tuanya juga. Namun di sisi lain Raksa dan Arthavia sedih lantaran tidak bisa mengadakan pesta pernikahan besar-besaran untuk Shelby. Mereka memaklumi keinginan Arya. Padahal mereka sudah berencana jika Shelby menikah, mereka akan membuat pesta yang mewah dan meriah sebab Shelby anak satu-satunya. Seperti Shelby, mereka pun menyetujui persyaratan yang Arya berikan.
Pernikahan Shelby dan Arya bakal dilaksanakan kurang dari satu bulan mendatang. Sejak Arya menyatakan bersedia, maka sejak saat itu pula persiapan pernikahan dimulai. Shelby fokus pada pemulihan tubuh dan penyembuhan luka di tangannya. Setelah tubuhnya pulih dan fit, dia rutin melakukan perawatan dari ujung kepala hingga kaki. Dia pun makan dengan baik. Bahkan dia menambah porsi makan dari sebelumnya agar bobot tubuhnya naik. Belakangan dia memang agak kurus.
Waktu persiapan yang singkat membuat Shelby memutuskan untuk tidak membuat gaun pengantin, melainkan membeli. Sekarang dia dan Arthavia sedang berada di sebuah butik milik desainer ternama tanah air. Di sana menjual gaun pengantin yang siap pakai. Setelah lama memilih, akhirnya Shelby menetapkan pilihan pada gaun pengantin model A-line yang dilengkapi dengan veil. Dibantu karyawan butik, dia mencoba gaun berlengan panjang tersebut.
Seolah khusus dibuat untuk Shelby, gaun putih itu sangat pas di tubuhnya. Itu membuat Shelby sangat bersyukur. Dia tak jenuh memandangi bayangan dirinya di cermin sambil tak berhenti tersenyum. Tak lupa dia melakukan mirror selfie. Dia berpikir untuk mengirim foto pada Arya. Dia ingin tahu pendapat calon suaminya tentang gaun yang dipilihnya. Namun dia sungkan. Sejak kejadian di rumah sakit, Arya sama sekali tidak menghubunginya meski mereka akan menikah. Untuk kepentingan pernikahan, Arya lebih memilih menghubungi Raksa atau Arthavia. Seperti ketika lelaki itu bertanya soal mahar yang diinginkan Shelby.
Bukan Shelby namanya kalau tidak nekad. Usai keluar dari fitting room, dia mengirim satu foto yang tadi diambilnya pada Arya. Namun dia tidak mendapati foto profil pada kontak Arya. Dia berpikir mungkin Arya memang sedang tidak menggunakan foto profil. Ternyata dia salah. Ketika pesannya centang satu, dia tahu bahwa Arya sudah memblokir nomornya. Itu berhasil membuat matanya berkaca-kaca.
"Kenapa, Nak?" tanya Arthavia yang mendapati putrinya seperti ingin menangis.
Shelby memasang senyum palsu. "Enggak papa, Ma. Aku cuma terharu aja. Akhirnya aku bisa fitting baju pengantin," jawabnya berbohong.
Selama perjalanan pulang, Shelby melamun di dalam mobil. Pikirannya dipenuhi dengan Arya. Mengapa lelaki itu memblokir nomor kontaknya? Aneh sekali, pikirnya. Padahal mereka akan menikah, akan menjadi pasangan suami istri. Apakah Arya membencinya? Jika benar Arya membencinya, bagaimana kelak kehidupan pernikahannya akan berjalan? Namun apa pun yang terjadi, dia tidak akan mundur. Pernikahannya dengan Arya harus tetap berlangsung. Itu impiannya. Dia sangat mencintai Arya dan bertekad akan meluluhkan hati lelaki itu.
Tak terasa air mata Shelby menetes membasahi pipi mulusnya. Arthavia yang duduk di sebelahnya langsung tahu sang putri sedang menangis. "Sayang, kenapa nangis?"
Shelby memeluk Arthavia. Dia tumpahkan air matanya di pundak mamanya. Untuk sesaat dia tak bisa bicara sebab dadanya terasa sesak. Arthavia tak lagi bertanya.
"Ma, kalau hari itu tiba, Aa pasti bakal datang, 'kan?" Shelby berujar setelah merasa tenang. Pelukannya pada Arthavia dia lepaskan.
"Pasti, dong. Dia laki-laki yang baik. Dia pasti datang memenuhi ucapannya buat nikahin kamu," jawab Arthavia sembari mengusap air mata di pipi Shelby.
Apa yang dikatakan Arthavia benar. Ketika hari pernikahan itu akhirnya tiba, Arya datang ditemani dua lelaki. Satu adik kembarnya yang bernama Elang. Satu lagi seorang ustaz yang sudah lama menjadi guru spiritualnya.
Di dalam kamar, sang calon mempelai perempuan tengah duduk manis. Dia sudah selesai didandani dan memakai gaun pengantinnya. Dia sudah siap. Namun dia gundah. Ketakutannya masih belum hilang. Bagaimana jika calon mempelai lelakinya tak datang? Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. Arthavia masuk dengan memamerkan senyuman lebar. "Calon suamimu sudah datang," katanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA GILA
General FictionShelby mencintai Arya, tapi Arya tidak. Arya menikah dengan perempuan lain. Shelby berusaha move on, tapi gagal. Dia tetap inginkan Arya meski harus jadi yang kedua. Akhirnya dia melakukan hal gila demi mendapatkan Arya.