7

9 0 0
                                    

     Pada sore hari menjelang magrib, pintu kamar Shelby ada yang mengetuk disusul suara seseorang memanggil namanya. Panggilan itu membuatnya gugup, tapi juga senang. Bagaimana tidak, dia sangat hafal dengan suara seksi itu dan tentu tahu siapa pemiliknya : Arya, suaminya. Pasti lelaki itu hendak masuk ke kamarnya, pikirnya. Dia jadi salah tingkah. Dia akan sekamar dengan lelaki yang sangat dicintainya. Jantungnya kembali berdetak cepat. Bukan membuka pintu, dia malah jingkrak-jingkrak. Sementara di luar Arya masih mengetuk pintu dan memanggilnya. Akhirnya dia tersadar. Segera dia melangkah menuju pintu, tapi tiba-tiba berhenti. Dia baru saja selesai mandi dan masih mengenakan handuk. Duh, dia harus bagaimana? Ingin berpakaian dulu, tapi khawatir kelamaan. Kasihan Arya di luar berdiri menunggu. Tetap memakai handuk, dia malu berpenampilan setengah telanjang di hadapan suaminya. Maklum, masih pengantin baru. Dia belum, bahkan tidak terbiasa.

     Setelah berpikir singkat, akhirnya Shelby memutuskan untuk tetap mamakai handuk. Dia sudah menjadi seorang istri. Jadi ingin belajar menanggalkan rasa malunya di depan sang suami. Dengan agak gemetar, dia memutar kunci, lalu membuka pintu. Selanjutnya dia mempersilakan Arya masuk. Sungguh, dia sangat gugup, tapi berusaha untuk tetap tenang dan biasa saja. Agar tidak kentara, dia melangkah ke dalam mendahului suaminya. Padahal dia ingin sekali memeluk Arya untuk pertama kali sebagai seorang istri.

     "Abis mandi?" tanya Arya berbasa-basi. Dia tidak kaget melihat Shelby hanya memakai handuk. Pemandangan seperti itu sudah biasa didapatkannya setiap hari dari Sammy.

     Mulai hari ini Arya mengakhiri aksinya mendiamkan Shelby. Dia memang sempat kesal dan benci dengan apa yang dilakukan Shelby. Perempuan berambut panjang bergelombang itu telah mengganggu ketenangan rumah tangganya, memaksanya untuk membagi hati, waktu, perhatian, dan entah apalagi. Sungguh, dia tidak menginginkan untuk mendua. Dia sudah bertekad untuk selalu setia pada Sammy. Namun, Shelby berhasil mengacaukannya.

     Arya sempat curhat pada guru spiritualnya yang tadi pagi dimintanya untuk menjadi saksi nikah. Guru spiritualnya menasihati agar dia memperlakukan istri keduanya itu dengan baik. Dia pun harus berlaku adil. Dia sudah bersedia menikahi, maka sudah seharusnya Shelby mendapatkan apa-apa yang seorang istri dapatkan dari suami. Baginya ini memang berat sebab dia menikahi Shelby lantaran terpaksa dan tanpa cinta. Namun dia akan berusaha.

     Shelby menoleh. "Iya. Aa udah mandi?"

     "Udah tadi."

     "Pantes makin ganteng, wangi lagi. Aku suka." Rasa malu dan gugup Shelby cepat sekali pergi. Sekarang dia mulai ke mode 'gila'nya. "Aku jadi pengen peluk."

     Shelby menubruk Arya, lalu mendekap lelaki itu erat. Dia bisa dengan jelas menghidu aroma segar dari tubuh sang suami. Oh, dia sangat menyukainya. Mulai sekarang dia bisa sesuka hati memeluk Arya dan dia sangat bersyukur.

     "Shel ...." Arya mematung tanpa membalas pelukan istri keduanya.

     "Panggil aku 'sayang', Suamiku," pinta Shelby dengan manja. Dia sangat bahagia akhirnya bisa memanggil Arya dengan sebutan itu. Tak percaya, tapi ini nyata.

     Arya tak peduli. "Shel, lepas!"

     "Lepas handuk?" Shelby mendongak, menampilkan wajah tanpa dosa. Tentu saja dia tahu Arya ingin dia melepas pelukan. Dia senang sekali menggoda sang suami. Selamat tinggal, rasa malu!

     "Iya, lepas handuk kamu." Arya menyeringai. Dia sengaja mengikuti permainan istri barunya. Mari lihat, seberapa besar nyali perempuan berkulit cerah itu. "Mau kamu yang lepas atau saya?"

     Tiba-tiba Shelby ketakutan. Dia segera melepaskan pelukannya dari tubuh Arya, kemudian mundur sambil membenahi handuknya. Ternyata nyalinya masih ciut. Sementara itu Arya tersenyum puas.

CINTA GILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang