DI

3.1K 173 26
                                    

//Misgendering
//Mpreg

Takdir itu tidak bisa di tebak, sebaik-baiknya kita mengatur kehidupan kita, tapi takdir punya jalan nya sendiri untuk hidup kita.

Kita tidak bisa menyalahkan takdir, atas apa yang terjadi dalam hidup kita. Seperti keadaan jinan saat ini, dia sudah mencoba mengatur semua jalan kehidupan nya, tapi takdir seakan bermain dengannya.

Hari ini jinan, pergi ke dokter kandungan sendirian. Sebenarnya sudah biasa bagi dirinya, setiap bulan nya yang akan ia lakukan sampai proses lahiran nanti.

Yang belum terbiasa baginya, melihat orang-orang yang cek kandungan dengan pasangan nya. Dia belum terbiasa dengan hal itu, ia merasa sedikit iri.

Karena hal itu, ia selalu duduk di paling pojok, menghindari pemandangan seperti itu.

Walaupun pemandangan seperti itu membuat nya iri, tapi tak menutup rasa senang nya saat akan di periksa.

Karena ia menunggu saat-saat dimana, detak jantung sang anak di perdengar kan padanya. Selain itu, ia akan mengetahui perkembangan sang anak di dalam perut.

Sebentar lagi, nomor urut jinan akan di panggil, setelah seseorang yang di dalam sana keluar. Jinan menunggu dengan tenang, sambil menggambar abstrak di atas perut buncit nya.

Sampai suara pintu terdengar, ia bersiap bangun, karena nomer urut nya akan di sebutkan. Saat sedang mengecek isi tas nya, ia mendengar teriakan seseorang yang membuat nya terdiam.

Suara wanita yang meneriaki nama sang lelaki, saat keluar dari ruangan dokter kandungan, membuat jinan mengangkat sedikit kepalanya, untuk memastikan bahwa yang ia dengar itu, salah.

Di sana, sepasang suami-istri yang jinan kenal, tengah bertengkar setelah keluar dari ruang kandungan.

"Ka jemian dengerin aku dulu, kamu salah paham. "

Jinan meremat ujung bajunya, di sana ia melihat perut luna. Perut luna membesar seperti perut nya. Tapi perut luna, jauh lebih besar dari dirinya, seperti sedang mengandung 32 minggu.

"Jelaskan."

"Perhitungan dokter itu salah, dia keliru. Kamu percaya gitu aja sama dia, di banding sama aku? "

"Dia dokter. "

"Tapi dokter, juga pernah salah. "

Jemian pergi meninggalkan luna, tanpa sepatah katapun, setelah ucapan terakhir luna. Melihat jemian pergi, luna menyusulnya sambil meneriaki nama jemian, sepanjang lorong rumah sakit.

"Luna... hamil? "

🍒🍒🍒

Sudah seminggu, dari kejadian dimana dirinya kembali melihat sosok jemian. Sudah setengah tahun, dari pelaria malam itu.

Dirinya sudah menghindar selama itu, tapi kenapa tanpa di duga, ia melihat jemian dengan luna, lebih parahnya ia melihat mereka di dokter kandungan.

Jinan tak memberitahu kan soal ia melihat jemian dan luan di dokter kandungan, pada chana. Ia hanya ingin memendam nya sendirian saja, lagian dia yakin jemian tak menyadari ada dirinya di sana dan semua nya akan baik-baik saja.

Memainkan kaki nya sejak tadi, tak membuat jinan bosan sama sekali. Ia sedang duduk di salah satu bangku taman di pinggiran kota.

Menikmati angin yang berhembus tak terlalu kencang itu, membuat rambut nya sedikit berantakan, karena ia sedikit menunduk melihat kaki nya yang ia ayun-ayun kan.

Damm It🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang