1 | Adiknya Ishaka bunda... (Prolog)

63 8 5
                                    


Anak perempuan itu berlari terpogoh-pogoh menyusuri koridor rumah sakit bersama dengan Ke lima kakak laki-lakinya.

"Bunda! Geo kenapa?, Ada apa nda?." Anak itu menghujani sang ibu dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak satu pun bisa Wanita itu jawab. Wanita itu langsung memeluk putra sulungnya dan menangis dalam pelukan putranya.

"Geo, kak. kenapa harus dia?! harusnya bunda ngga biarin dia sendirian sama Vian." dia menangis terisak di dalam dada putra sulungnya itu.

Belum sempat mereka bertanya, terlihat dokter yang keluar dari UGD.

"Keluarga dari pasien Cakra sebasta Geovaskar." Maven yang mendengarnya langsung mendekat ke arah dokter.

"Saya kakaknya."

"Baik, Kondisi Tuan cakra tidak memungkinkan, benturan di kepalanya sangat dalam sehingga menimbulkan pendarahan yang Cukup parah, dan sendari tadi dia memanggil nama Nona Ishaka , bisa masuk bersama saya?, jika ingin masuk semuanya bisa, tapi tolong jangan Berisik, Nanti saya akan terus mengecek keadaan pasien, terima kasih." Anak perempuan yang merasa namanya di panggil langsung masuk menuju ruangan IGD dan segera mendekat ke brankar adiknya. dia menangis saat melihat monitor dan sedikit kabel yang menempel di Dada adik kecilnya itu.

"Geo, adiknya Ishaka..." dia mengusap Kepala adiknya yang bebas luka lembut. Memegang tangan adiknya dan menciumnya terus menerus.

"Kakak... Akra mau kakak, di sini terus ya kak." Ishaka langsung menoleh ke arah adiknya.

"iya kakak di sini, kakak temenin kamu." Ishaka mencium pipi adiknya lalu perhatiannya teralihkan saat melihat ke lima kakaknya, satu adiknya dan ibunya yang masuk bersamaan.

"Kakak... kalau aku pergi, kakak bahagia ya?." Ishaka hampir menangis lagi saat Adiknya bertanya seperti itu. bagaimana dia bisa bahagia tanpa adiknya?. dia menggeleng kencang.

"Ngga, adek ga bakal kemana mana." Ishaka terus menangis sampai akhinya Ada tangan yang menepuk punggungnya.

"Sha, udah...." Juna mulai mengelus lembut punggung adik perempuannya itu sampai akhirnya mereka semua masuk.

Sedangkan seorang pria Dengan Penampilan acak-acakan itu tampak gusar memasuki Ruangan UGD dengan nafas Ter-engah-engah.

"Di Mana Cakra?." Seorang Pria mendekati brankar ruangan itu.

Saat melihat, Seketika tubuhnya lemas, entah mengapa. Melihat tubuh anaknya yang ringkih, Dipenuhi kabel-kabel EKG (elektrokardiogram). Ia berpikir, Apa jantung anaknya sudah lemah sampai sampai dipasangi itu?. Dan dadanya lebih sesak saat anaknya menggunakan alat bantu pernafasan.

Vero yang paham situasi langsung mengalihkan Ishaka menuju gendongannya. Anak perempuan berrumur 7 tahun itu terus menangis dan sekarang bergantian di dalam dekapan Vero. Kakak Sulungnya itu.

"Sayang... Maafin ayah..." Isak tangis mulai memenuhi ruangan itu, tangan pria itu mulai meraih Tangan putranya yang hampir dingin.

"Sayang... Bertahan ya? Ayah di sini." Pria itu menatap anaknya lamat-lamat. Memerhatikan baju celana anaknya yang di penuhi percikan darah membuat ia ketakutan. Namun, bukannya jawaban iya yang ia dapat justru jawaban Gelengan kuat dari putranya. Anak laki-laki itu sudah tidak bisa menjawab. Bahkan matanya hampir tertutup sempurna, namun ia masih bisa mendengarkan ucapan orang di sekitarnya.

A farewell storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang