ka sabelas

167 21 3
                                    

Serba serbi jenis mobil berlalu lalang, bahkan kendaraan lain pun juga angkutan umum berkali-kali berganti menawarkan mereka yang terduduk berdua tanpa beranjak sedikitpun. 

Changbin dan Minhyun. Seperti orang bodoh setelan bermerk, hanya terduduk tanpa minat disana. 

Cuaca yang panas tidak membuat dari salah satunya ingin segera beranjak begitu saja,dimana tempat itulah ia sedikit berbincang dengan sang sepupu. 

Ayah dari sepupunya, tak jadi ia beritahu kala kedatangan Jeongin tiba-tiba yang menjadi mereka mengobrol bersama. 

"Mau sampai kapan kita disini?" tanya Minhyun yang mulai merasa bosan. Tanpa ada minuman atau makanan pelengkap mereka berdiam diri di sana. 

"Lagian kenapa si kamu ngajakin om kesini? Kamu tau kan kalo  nanti malam om harus ke London?!" 

Changbin menghela nafas, dia tetap saja menatap segala penjuru arah disana. Banyak orang berlalulalang namun yang ia harapkan tak kunjung datang. 

Memang, Changbin tidak membuat perjanjian atau memberi tahu pada sang sepupu jika dirinya akan pergi ketempat mereka bertemu sebelumnya. Namun jika di ingat lebih dalam, bagaimana dia bisa memberitahu sang sepupu mengingat dirinya saja tidak memiliki kontak Hyunjin. 

"Aku .... Udahlah om, kalo jam 2 dia gak ada kita pulang!" 

"Dia siapa sih ?! Hyunjin?! Gak mungkin dia disini, dia di negara orang Bin. Jadi ayo kita pulang!" 

Mendengus kesal Changbin disana, lantas ia berdiri dari duduknya yang cukup membuat pinggangnya kesal. Namun apa daya, hanya disana ia berharap mampu mempertemukan antara Hyunjin dengan ayahnya. 

Ia tahu, ada yang tidak beres dari perkataan sepupu juga melihat bagaimana banyaknya luka lebam. Namun dirinya tidak tahu darimana asal luka-luka itu, bahkan sepupunya juga bisa berada di kota tersebut. 

"Changbin!" 

menghela nafas Changbin disana kala menoleh kebalakang dimana Minhyun ikut berdiri dari bangkul halte sambil berkacak pinggang. 

"Entah alasan apa Hyun, sampe kamu gak mau nemuin ayah kamu sendiri?!" bingung berguman dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. 

Minhyun yang tak lain adalah ayah dari Hyunjin mau tak mau mengikuti keponakan dari sang istri itu, entahlah dia rasanya memang harus mengikuti pemuda tersebut mengingat dirinya juga datang bersama dengannya. 

"Bikin ngulur waktu aja!" 

Pada akhirnya mereka berjalan bersama menuju taman yang belum begitu banyak pengunjungnya mengingat hari itu cukup panas di pertengahan hari. 

Namun meski begitu tidak membuat changbin ingin menyerah begitu saja. 

"WEY TUNGGU!!" 

Minhyun juga Changbin menoleh keasal sumber suara yang sedikit cempreng namun menggelegar. 

Ayah dari Hyunjin menoleh pada keponakannya yang menggeleng sebagai jawaban. Ya masalah memang dia tidak tahu siapa gerangan yang memanggil mereka seperti itu. 

Cantik, hidung mancung, berkulit putih di sertai rambut peach dengan poni menutup seluruh jidatnya. Rasa-rasanya Changbin tidak memiliki teman atau kenalan seperti wanita yang baru saja sampai dihadapannya. 

"Kamu yang waktu itu kan?!" 

Alis semakin mengkerut mendengar pertanyaan menuntut dimana dirinya seakan membuat sebuah kesalah fatal untuk si gadis. 

"Sorry, kita pernah ketemu sebelumnya? Atau lu dari kampus yang sama kek gue?" 

"Bukan!"

"Terus?" 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Monolog Renjana // ChanJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang