kagenep

131 24 3
                                    

Berminggu minggu sudah Hyunjin tinggal bersama Bangchan, dia menjadi selayaknya seorang istri kepada pemuda itu. Belum lagi kondisi badannya tengah hamil dengan perut yang mulai menonjol seiring waktu berjalan. 

Hati ingin sekali bayi nya itu gugur, namun perilaku Bangchan malah mendukung untuk ia terus menumbuhkan si janin bahkan dengan semangat pemuda yang menolongnya selalu memberikan apapun yang Hyunjin butuhkan.

Begitupun dengan pemeriksaan yang rutin Bangchan temani seakan ia adalah suami dari hyunjin sendiri. 

Menolak sudah Hyunjin lakukan namun keras kepalanya Bangchan tidak bisa di tentang sama sekali, apalagi dia hanya ikut menumpang selama ini. 

Makanan, pakaian ataupun yang Hyunjin terima jelas semua berkat Bangchan. Terkadang uang saku pun Hyunjin terima dikala lelaki itu pergi sedikit lebih lama dari bisanya. 

"Aku pulang!" 

Sontak saja dia yang sedang merenung seorang diri di dalam kontrakan kecil menoleh kearah pintu utama  disana. Melihat pemuda tampan yang baru datang dengan menenteng kresek berlabel toko makanan manis. 

"Hyun tolong ambil mangkuk dua, aku bawa mie ayam!" titahnya sambil mendudukan diri di dekatnya dan tersenyum kepada dirinya. 

Tentu sja, Hyunjin langsung menurut, toh mengambil mangkuk bukan hal yang sulit. Tanpa lama, dua benda yang di inginkan Bangchan sudah  tersedia plus sendok juga gelas dan teko berisi air. 

Tidak mungkin Bangchan hanya menginginkan mangkuk dikala pertengahan makan pasti haus akan datang. 

"Makasih cantik!" 

Sedikit salah tingkah, meski Hyunjin sering mendengar pujian Bangchan selama tinggal disana. Dia menunduk sambil menahan senyum senangnya, hingga pemuda di dekatnya itu selesai meletakan makanan bawaannya tepat di hadapan si bumil. 

"Makan ya, aku yakin pasti kamu enggak makan selama aku pergi kerja." 

Ah Hyunjin takut. Takut akan hatinya yang luluh sebab perlakuan Bangchan yang begitu baik, memberi tanpa diminta, memperhatikan begitu apik kepadanya ataupun janin dalam perutnya. 

"Mie biasanya gak sehat buat janin Chan."

Setelah memasukan suapan pertama mie ayam miliknya, Bangchan terlihat senyum saat Hyunjin menatapnya lembut. Dia belum menyentuh makanan miliknya hingga pemuda di hadapannya menumpukan kedua tangan pada atas meja kecil di sana.

"Aku pikir kamu bosen makan makanan yang ada dirumah, jadi pas dijalan gak sengaja lewat gerobak mie ayam kamu pasti suka juga makanan ini, yaudah aku beli." 

Ucapnya lalu mengunyah dan menelan di sambung lagi suapan keduanya. Sedangkan Hyunjin berlirih mengatakan kata terimakasih dan mulai memakan jatah miliknya. 

"Sesekali kita harus memakan makanan tidak sehat ini. Besok besok kamu aku siapin lagi makan sehat, ok!" 

Hyunjin hanya mengangguk pasrah. Menolak pun tiada guna mengingat jika memang benar-benar menolak maka Bangchan tidak akan setuju semudah itu. 

Larut mereka dalam makan bersama, hanya ada suara dentingan sendok dan mangkuk lalu tidak lama kemudian Bangchan mengeluarkan sebuah kotak dari kresek lainnya. 

"Ini, tadi temenku beli tapi ternyata salah pesan. Jadi ya daripada di buang kan sayang, mendingan kita makan bareng-bareng." 

Dengan pipi mengembung, Hyunjin menatap donat-dobat kecil beraneka ragam topingnya sambil mengangguk. Lagi-lagi dia hanya mengiyakan tanpa ada protes kembali seperti sebelumnya. 

Monolog Renjana // ChanJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang