kaopat

197 37 1
                                    

"Hyunjin."

Semakin terbelalak Hyunjin saat namanya dipanggil begitu dalam hingga kedua tangan miliknya memegang erat pada celana yang ia gunakan.

Dirinya tidak berharap akan bertemu seseorang tersebut, namun dirinya saat ini tidak bisa berlari menghindari pria yang kini sudah berada tepat dihapannya dengan tatapan yang begitu tajam seolah menusuk pada retina milik Hyunjin.

"Rupanya kamu disini..... Ayo pulang, om Minhyun ketar ketir mulu cari kamu."

Hyunjin beringsut menghindar, dikala dirinya hendak disentuh pria tersebut. Pandangannya ia tolehkan kearah lain enggan menatapnya.

"Hyun, Jeongin bilang kamu kabur dari asrama. Om Minhyun sekarang lagi kalang kabut cari kamu."

Mendengar berita palsu itu, Hyunjin sangat amat tidak menyukainya. Asrama apanya, dirinya disekap oleh Jeongin dan menjadi budak sexnya hampir disetiap malam.

Bulir mata yang sebelumnya sudah tidak lagi mengalir, tanpa disuruh kini hadir kembali menghiasi mata Hyunjin. Hidung yang sudah tidak memerahpun kini ikut memerah kembali, dia menangisi semua kenangan buruk terbesit di pikirannya yang diberikan oleh Jeongin dulu.

"Hyun, kenapa nangis. Kalo ada masalah tolong cerita, jangan main kabur kaburan aja kayak gini."

Hyunjin menggeleng, menentang jika pikiran pria tersebut salah. Hyunjin kabur dari penindasan bukan masalah sepele.

"Ayo, kasian om Minhyun. Dia kerja sedikit enggak fokus setelah tahu kamu entah dimana."

"Enggak." tolak Hyunjin pada akhirnya, dia memberanikan diri untuk menatap, "Kak Abin, Hyunjin enggak mau pulang."

Abin, atau bernama lengkap Changbin lantas mengerutkan dahinya heran. Ada apa gerangan yang menbuat Hyunjin menolak untuk pulang? Karena setahu dia, Minhyun yang tak lain adalah omnya sendiripun tidak mempunyai masalah dengan anaknya bahkan perlakuannyapun lembut tidak kasar pada Hyunjin.

"Hyun, om Minhyun punya salah?"

Lagi, Hyunjin menggeleng kecil. Mana mungkin ayahnya memiliki kesalahan terhadap dirinya, yang ia tidak inginkan saat pulang nanti adalah bertemu Jeongin lalu kembali jatuh pada kedua tangan sepupunya yang satu itu.

"Ayah gak salah apa-apa, tapi aku enggak mau pulang."

"Hyun tolong kasih tahu aku alasan kenapa kamu enggak mau pulang? Di kampus sana juga apa kamu ada masalah?"

Mendengar ucapan Changbin, Hyunjin semakin sakit hati disana. Tanpa malu, dia kembali nangis dengan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Suara tangis nyaringpun terdengar karena jujur saja, hatinya terasa sakit untuk saat ini  dan tidak bisa ia sembunyikan saat itu juga.

Karena Hyunjin, Changbin yang tidak tahu menau semakin dibuat bingung akan tingkah sepupunya. Iya, Changbin adalah sepupu Hyunjin dari mendiang ibunya Hyunjin. Berbeda dengan Jeongin, dia sepupu dari Minhyun yang mana karena itu pula Minhyun sangat mempercayai Jeongin menjaga anaknya.

"Bentar Hyun, biar aku telpon dulu si om..

"Jangan! Jangan telpon ayah aku mohon kak jangan." cegah Hyunjin sambil menjukan wajah sembabnya dengan kedua tangan yang menyentuh lengan berotot sepupunya itu.

"Hyun, om Minhyun harus tahu kalo anaknya disini. Dia bener-bener khawatir sama kamu."

"Enggak kak, aku mohon jangan. Aku gak mau lagi pulang kak Abin aku enggak mau." semakin  nyaringlah tangisan Hyunjin disana, memohon-mohon jelas hal itu mengundang perhatian orang yang melintasi kawasan halte.

Monolog Renjana // ChanJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang