Kadua

289 48 4
                                    

Atas kebaikan Bangchan yang mau menampung Hyunjin, saat ini Hyunjin tengah membersihkan kediaman Bangchan sebagai rasa balasbudinya kala ia tidak mempunyai apa-apa.

Sudah berminggu-minggu tinggal bersama pria asing itu, bagi Hyunjin seorang Bangchan adalah penolong hidupnya meski tidak semewah para penolong didalam novel novel ternama.

Karena kebaikan Bangchan pula, Hyunjin lebih sering bersyukur atas apa yang tuhan kasih untuk saat ini. Pakaian dan makanan lalu tempat tinggal, terasa begitu nyaman belum lagi Bangchan sangat berbeda jauh dengan kepribadian Jeongin sepupu dari Hyunjin.

Namun baru beberapa hari, Hyunjin yang ingin membantu Chan dalam kegiatan dirumah membuat Hyunjin tahu bagaimana cara mengepel lantai, mengelap kaca jendela, mengganti sprei kasur, mencuci piring, mencuci baju serta menyetrika pakaian.

Semua diajarkan Bangchan dalam beberapa hari ini semenjak Hyunjin resmi di perbolehkan untuk tinggal disana.

"Chan cuci beras itu gimana?"

Bangchan menoleh pada Hyunjin yang menunjukan sekantung beras ditangannya, dengan Bangchan yang semula berjongkok tengah membetulkan mesin motor tuanya, dia mengajak Hyunjin masuk kedalam.

Berawal Bangchan mengambil wadah yang biasa ia gunakan untuk mencuci beras, (Bukan boboko pokoknya) lalu dia meminta apa yang Hyunjin pegang dan memasukannya.

Hyunjin begitu lamat dalam memerhatikan bagaimana Bangchan mencuci beras, hingga berulang ulang Hyunjin mengerti.

"Kamu biar gak bingung nanti airnya segimana, tinggal ukur pake jari telunjuk kamu. Kayak gini." ucap Bangchan dengan memperaktekan jarinya mengukur takaran air.

"Biasanya, aku ya pake airnya sebatas satu buku jari telunjuk dari permukaan berasnya. Kalo pengen lembek tambahin dikit air kalo pengen agak keras tinggal kurangin. Ngerti?"

Hyunjin mengangguk disana, lalu mengambilkan taplon?nya rice cooker kepada Bangchan untuk dialihkan kesana.

"Nanti nanti Hyunjin aja, keliatannya gampang." ucapnya sambil menggoyakan teplon agar permukaan berasnya merata.

Bangchan hanya mengangguk, setelah itu dia kembali keluar mengingat si bekjul belum ia selesaikan masa operasinya. Sedangkan Hyunjin melanjutkan untuk menghampiri ricecooker berada.

Dengan sedikit kebingungan, namun saat membaca dua tulisan berbeda Hyunjin setidaknya tahu saat menanak ia memencet tombol menanak.

"Padahal rumahnya kecil, cucian enggak banyak. Tapi capeknya pake banget." keluh Hyunjin dengan membelakangi rice cooker.

Hyunjin lalu berjongkok dengan langsung memeluk kakinya sendiri, dengan kepalanya yang membayangkan sedang apa sang ayah.

"Ayah pengen pulang." Monolog Hyunjin dengan memejamkan mata serta tangan yang menopang kepala setelah mengusap wajahnya.






~







Satu jam berlalu, di meja kecil yang biasa digunakan oleh Bangchan untuk menjadi meja makan dia dan Hyunjin saling berhadapan satu sama lain.

Makan bersama dengan teman nasi yang Bangchan beli karena tidak sempat untuk memasak di hari ini, juga Hyunjin yang belum mahir memasak makanan untuk dirinya sekalipun.

Jadi untuk saat ini, Hyunjin sebisa bisa menerimakan apapun yang diberikan oleh Bangchan. Kata seadanya memang benar apa adanya, tidak mewah namun nikmat dan Hyunjin baru merasakan makanan tersebut.

Bangchan yang terbiasa akan kesederhanaanya begitu santai saja menyantap makanan dengan terfokus sebelum matanya mulai melirik Hyunjin yang terdiam dengan tangan memegang perutnya.

Monolog Renjana // ChanJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang