Satu

413 63 5
                                    

Deru mobil berhenti, seorang pemuda yang tadinya mengambil alih kemudi lantas keluar dengan lalu berjalan menuju mobil bagian luar memeriksa keadaan beberapa bawaannya yang hanya sebuah kotak kosong dan kotak berisi yang harus di alihkan ketempat lain seperti biasa.

Dibukanya tali yang mengikat antara terpal pada mobil pick up sehingga setelah talian diantara dua sudut terlepas iapun membukanya.

"WEY!!" kagetnya saat melihat seseorang dengan keadaan yang lusuh juga memprihatinkan tengah terlelap diatas mobil pick upnya sembari meringkuk.

Ditatap lamat wajah yang hampir tertutup oleh tangannya yang menelungkup menutupi sebagian wajahnya. Pemuda tersebutpun melangkah guna kembali memastikan jika seseorang yang asing itu bukanlah mayat yang disimpan orang lain saat tadi ia melintasi kawasan hutan yang cukup jauh.

Dilihatnya bagian perut yang masih terlihat kembang kempis bernafas yang mungkin saja dia seorang gelandangan dilihat dari bagaimana pakaian yang di kenakannya tengah menumpang tidur diatas mobil yang ia kendarai.

"Heh!" panggilnya sambil menusuk munuskan kayu kecil yang ia pungut dari tanah yang ia pijak disana saat tadi ia tengah mendekatinya.

Hyunjin, yang awalnya tengah tertidur merasa terusik kala tusukan kecil itu terasa perih karena kebetulan mengenai bagian tubuhnya yang memiliki luka disana.

Meringis ia membuat pemuda yang membangunkannya berjaga jaga jika ini adalah salah satu trik penjahat kepada dirinya.

Mata bengkak nan berwarna ungu itu perlahan terbuka meski samar jika si pemuda yang melihatnya karena pembengkakan tersebut.

Seketika Hyunjin langsung terbangun masih dengan sedikit meringis kala rasa sakit di sekujur tubuhnya terasa sakit perih juga ngilu.

"Ini jauh dari hutan tadi?" tanyanya pelan sambil melihat sekeliling yang terlihat gedung bangunan saja, dan terlebih keadaan langit yang sudah menujukan biru pekat malam hari.

"Kamu gembel dari hutan?" tanya pemuda tersebut yang langsung di tatap oleh Hyunjin menggeleng kecil, ya memang dia bukan gembel tapi hanya seorang sandraan sepupunya.

"Makasih." ujarnya dengan perlahan lebih jauh untuk bangkit dan turun dari atas mobil, tanpa bantuan pria yang masih memandanginya heran.

Kala turun, karena tubuhnya yang lemas menghantarkan Hyunjin langsung terjatuh tepat didepan kaki si pemuda hingga dengan sigap membantu Hyunjin untuk duduk diatas tanah tepat ditempat jatuhnya.

"Makasih." gumannya dengan begitu lemas namun pandangannya tetap menatap kearah depan bawahnya.

Sangat terasa jika badan Hyunjin bergetar yang entah kenapa, menghantarkan tanda tanya hinggap di kepalanya. Sebaliknya, Hyunjin hanya terdiam di tempat entah harus bagaimana.

Lapar iya, haus iya, lelah juga iya. Jika boleh Hyunjin kembali untuk berbaring saat itu juga, namun mana mungkin ia masih menetapkan diri untuk berada di kawasan itu begitu saja.

Tetapi jika ia pergipun memang dirinya harus kemana? Dia tidak tahu sedang berada dimana, tidak tahu apakah ia berada di satu kota yang sama dengan ayahnya atau sauadara yang lain. Jika memang iya, itu sangat disayangkan untuk Hyunjin mengingat akan percuma saja jika ia pulang kerumah sang ayah yang akan menyuruh sepupunya kembali merawat dirinya.

Hyunjin menggeleng lemah hanya dalam bayangan itu saja, bayangan akan kembali pada tangan sang sepupu dan dipastikan akan mendapatkan kekerasan yang lebih parah dari sebelumnya.

Disana, si pria memerhatikan Hyunjin yang bersikap aneh dihadapannya. Dia diposisi jongkok masih dengan menahan tubuh Hyunjin yang jika ia tarik tangannya makan akan terjatuhlah Hyunjin keatas tanah.

Monolog Renjana // ChanJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang