ka salapan

117 20 1
                                    

Mata rubah menatap tajam pada setiap orang berbadan kekar juga berwajah garang. Hatinya juga pikiran merasa begitu marah akan info yang lagi-lagi belum ada hasil sama sekali.

Ya. Pemuda bermata rubah itu tak lain adalah Jeongin, ayah dari bayi yang dikandung oleh Hyunjin sepupunya sendiri. Namun sayang, Jeongin belum mengetahui akan keadaan yang menimpa Hyunjin.

Dirinya begitu marah dan kesal hingga pikirannya selalu memikirkan apa hukuman yang pantas untuk sepupunya itu, apa mengurungnya sudah cukup atau mungkin harus ada penyiksaan yang lain lebih kejam dari sebelumnya.

"Udah berapa lama sih kalian cari itu orang?! Gak mungkin dia bisa pergi sejauh itu apalagi tempat sekapnya berada di tengah hutan!"

"Maaf boss seperti biasanya, kami belum bisa menemukan Hyunjin. Tuan Minhyun pun nampak kesal juga sedih karena menganggap anaknya hanya kabur dari asrama di luar negeri saja."

Berdecak kesal semakin kesal Jeongin disana. Berbulan-bulan lamanya pencarian yang dia lakukan melalui anak buahnya tak juga mendapathasil yang baik baginya, yang ada hanya membuat ia kesal setengah mati.

Hutan sudah ia telusuri hingga melewati perbatasan yang diizinkan perhutani untuk di lalui orang orang, namun yang ada hanya mahluk mahluk hutan yang mereka temui.

Kota sekitaran kediaman Minhyun pun sudah ia lakukan pencarian hingga berkali-kali, namun tetap saja nihil. Hingga keluar kota pun ia lakukan sebab obsesi yang dimilikinya begitu besar pada sang sepupu.

Entah bagaimana caranya Hyunjin bisa kabur dari sana, padahal penjagaan di kediaman hutan miliknya cukup ketat di atur olehnya.

"Cari lagi sampai dapat!" Bentaknya hingga mereka yang berbadan besar nan jangkungpun mengangguk dan pamit untuk pergi.

Dua buah mobil minibus kembali melenggang dari kediaman di hutan milik Jeongin, berdecak kesal Jeongin di buatnya.

Hanya ditinggal satu hari saja sandraannya bisa kabur begitu mudah, hal itupun tidak luput dari dia yang merasakan penyesalan teramat dalam.

Tangan pun terkepal hingga kuku jarinya memutih disana, "sialan Hyunjin, dimana kamu!!" umpatnya seraya pergi menyusul para anak buah yang sudah melenggang, menuju mobil pribadi miliknya.










~











Di lain tempat, jabatan tangan saling menguntungkan terjadi lagi dan lagi. Senyum merekah terlempat dari dua kepala yang saling berhadapan.

"Kapan hari mari kita makan malam bersama, di luar atau dirumah saya harap anda akan berkenan pak Minhyun."

Anggukan kepala di iringi senyuman tampan lelaki itu muncul tanpa paksaan, tentu saja hal itupun karena dia menyetujui akan ajakan dari rekan bisnisnya.

"Nanti jika saya sudah memiliki waktu luang, tentu saya akan berkabar kepada anda."

Sang lawan bicara mengangguk, yang mana akhirnya dia yang menjadi rekan bisnis Minhyun pamit untuk segera pergi dari ruangan tersebut, yang mana ruang meeting di perusahaan milik ayah dari Hyunjin.

Dirinyapun turut serta keluar dari ruangan tersebut, berjalan bersama asisten pribadinya guna menuju ruangan pribadinya.

"Ren!"

"Ya tuan?"

"Apa jadwal setelah ini sudah kamu kosongkan untuk beberapa hari kedepan? Aku ingin pergi mencari anak ku sendiri!"

Asisten yang bernama Ren tersebut jelas saja mengangguk, "sudah tuan. Tapi hanya dua hari karena pertemuan pertemuan selanjutnya itu adalah dengan orang-orang penting tuan!"

"Baiklah terima kasih."

Ren tersenyum sembari mengangguk, merekapun lantas terdiam saat sudah sampai di ruangan tujuan mereka.

Minhyun termenung disana, sambil melihat foto sang anak yang tengah tersenyum dengan seikat bungan indah bersampingan juga dengan nya.

Hari kelulusan yang mana itu adalah awal dari rasa senangnya Minhyun sebab sang anak akan menjejakkan kaki di universitas luar negeri.

Anak semata wayang yang selalu bermanja dengannya mau berpisah guna belajar di negeri orang.

"Dimana kamu nak? Ayah khawatir kamu kenapa-kenapa!" lirihnya seraya tetap menatap foto mereka.

"Seandainya kamu lelah dengan belajar, kenapa enggak bilang? Kenapa harus pergi kabur segala."

Air mata membasahi pipi, segera ia hapus saat itu juga. Mengurus seorang diri sejak kepergian istrinya, Minhyun menjadi sangat terpukul kala mendengar penuturan keponakan jika Hyunjin kabur entah kemana.

Ponsel tak lagi dapat terhubung, bahkan akun sosial media milik sang anak pun terakhir dilihat sampai satu tahun kebelakang.

Entah apa yang ada dipikiran sang anak sampai berani melakukan hal tersebut. Apa ada salah yang ia perbuat hingga sang anak mengambil langkahnya sendiri? Apa dia terlalu keras mengirim sang anak keluar negeri, bahkan saat keberangkatan pun ia tak bisa mengantar dan mengandalkan keponakannya yang dia pikir amanah.

Rasanya rasa penyesalan kini menerpa hati dimana seharusnya ia tak membiarkan Hyunjin untuk pergi kuliah sampai keluar negeri hanya untuk egonya sendiri, seharusnya dia ikut mengantar sampai bandara bukan terus mementingkan pekerjaan miliknya.

Suara pintu di ketuk terdengar nyaring yang mana hal tersebutpun membuat dirinya lekas menyimpan kembali potret ia dengan sang anak.

"Ya masuk!" Serunya sambil mengelap air mata yang tertinggal di wajahnya.

"Om!"

"Oh Changbin, om kira siapa?"

Changbin segera mendudukan diri diatas sofa yang terdapat di ruangan tersebut.

"Ada apa, tumben main kesini?" tanya nya sembari menghampiri keponakan yang lain selain Jeongin disana.

Mereka duduk berhadapan, dengan wajah yang lebih muda sedikit tajam kala menatap paman nya tersebut.

"Om, aku denger om mau ke London!"

"Iya Bin, om mau liat langsung kesana ke tempat anak om!"

Changbin menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, dia menghela nafas dan mentap kedua lututnya barang sebentar lalu setelahnya kembali menatap sang paman.

"Menurut aku gak usah om harus jauh-jauh kesana!"

Kening mengkerut, mengapa keponakan yang satu ini malah melarang dirinya pergi. Jika urusan kantor dirinya akan berikan berbagai tugas kepada asisten pribadinya, itupun hanya sementara.

"Om, Hyunjin ada di....

"Om!" Serentak mereka menoleh kearah pintu utama ruangan tersebut.

"Oh Jeongin, ayo sini juga!"



TBC ....

Bentar guys
Sedikit yang ini mah aduh mentok otak aku
Akupun jadi bingun deh antara jadi cerita panjang atau pendek hehe ...

See you lain waktu kawan-kawan
🤟🏻🙂

Monolog Renjana // ChanJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang