•
•
•
•
•Jalan setapak yang penuh bebatuan, ranting, juga daun kering menyelimuti tanah dibawah sana sehingga menimbulkan rasa sakit bila terinjak oleh kaki tanpa alasnya yang bisa saja memberi luka kecil sebab menggores kulit siapapun yang menginjaknya.
Saat ini seseorang tengah berjalan tergesa-gesa menghiraukan rasa sakit di telapak kakinya sebab alas yang tidak mulus sama sekali tanpa menggunakan alas kaki meski hanya selembar kain sajapun tidak.
Sesekali, mata sipit yang tidak lagi indah melirik kesekelilingnya guna memastikan jika apa yang ia hindari memang tidak ada disana.
Beruntungnya, memang tidak ada yang mengerjarnya sebab ia juga berjalan sedikit susah sebab beberapa luka yang dimilikinya disertai ia yang belum makan untuk hari ini hingga menimbulkan rasa lemas pada tubuhnya.
Namun tekad yang kuat untuk pergi melarikan lebih besar ketimbang ia harus mengeluh sakit dan lapar saat ini, disaat keadaan genting hanya untuk pada dirinya.
Wajah cantik yang dulu ia rawat sedemikian rupa menghilang entah kemana, yang putih mulus seolah tidak ada noda sedikitpun kini rupanya begitu jauh dari kata indah sebelumnya, jauh dari kata cantik sebelumnya sebab beberapa warna lebam ia dapati di mata juga kedua ujungnya saat ini.
Baju yang dulu begitu rapih bersih dan wangipun kini berganti hanya menjadi pakaian lusuh bahkan beberapa bagian yang sudah terkoyak sebab tarikan paksa seseorang.
Rambut terurusnyapun juga sama, sudah tidak sehitam berkilau seperti dahulu karena sekarang rambut yang secara tidak sengaja menjadi memanjang kerap sekali di potong tidak beraturan menyebabkan sedikit acak acakan bila saja ia tidak mengikatnya meski terlihat asal asalan.
Lelah, ia rasakan saat itu juga. Lapar juga haus namun di tempatnya saat ini mana mungkin ada makanan seperti buah buahan mengingat pepohonan yang ia lalui hanya pohon pinus juga cemara. Aliran air sungaipun tidak ia dengar sama sekali sehingga untuk menghilangkan dahaga saja hanya harapan belaka.
Kali ini, ia melangkah sangat hati-hati dari pohon kepohon sambil sesekali melihat kearah belakang memastikan ia tidak ketahuan karena sudah kabur. Entah apa yang sedang dilakukan para penjaga di mansion tengah hutan itu, yang pasti Hyunjin si manusia yang tengah mencari jalan pergi dari tempat itu ingin segera terlepas dari kehidupan kerasnya.
Semakin kesini, rupanya langkahnya membuahkan hasil yang mana dia semakin dekat dengan jalan beraspal yang ia harapkan dapat membawanya lebih jauh dari tempat ini, tempat yang seperti neraka baginya karena hanya paksaan yang selalu ia terima selama ini.
Kala Hyunjin telah sampai di tepian jalan yang masih terdapat pohon yang ia jadikan tumpuan tangannya, ia setidaknya bisa tersenyum sedikit merasakan kembali polusi udara setelah sekian lama terkurung didalam kamar sekapnya.
Lagi, ia melihat kearah belakang juga sekelilingnya siapa tahu memang benar adanya para pesuruh dari orang yang menyekapnya dapat kembali menemukan dirinya disana.
Seperti sebuah kebetulan bagi Hyunjin saat ini, ia melihat ada sebuah mobil pick up (Tulisan nya gimana?) berhenti beberapa meter dari tempatnya berdiri. Lalu seseorang keluar yang entah apa membuat Hyunjin memantapkan hatinya untuk naik kedalam mobil tersebut.
Sedikit berlari Hyunjin memaksakan diri untuk mendekati mobil karena ia berada di luaran sana yang bisa saja ditemukan oleh mereka orang orang dari mansion milik penyandranya.
Kala ia sudah berada di samping mobil tersebut, Hyunjin melihat kearah mana si orang tadi yang keluar dari dalam mobil. Rupanya tengah membuang hasrat ingin pipisnya sehingga Hyunjin dengan segera menaiki mobil bagian belakang dengan lalu mengerumuni dirinya dengan terpal yang ada disana, peduli apa memangnya Hyunjin ia akan dibawa kemana yang penting untuk saat ini adalah ia yang menjauh dari sana.
Setahunya, arah jalan menuju mansion itu berlawanan arah dengan mobil ini melaju, jadi sangat memungkinkan jika acara kabur nya kali ini akan berhasil. Ya Hyunjin percaya jika dirinya bisa berhasil setelah beberapa kali sering gagal dalam misi melarikan dirinya.
Dia terbaring dengan giginya yang menggigiti kuku jari cemas bila pemilik mobil mengetahuinya naik tanpa seizin dari sang pemilik dan berakhir dirinya yang dipaksa turun lalu kembali tertangkap oleh penyadranya yang tak lain dan tak bukan adalah sepupunya sendiri.
Menunggu beberapa menit, barulah terdengar suara seseorang yang tengah bersiul yang semakin mendekat. Dan dirasa pintu mobil dibuka yang lalu ditutup kembali, Hyunjin memejamkan matanya menangis. Ya, menangis karena ia bersyukur jika sang pemilik mobil tidak memeriksa apa yang ada didalam terpal ini, hingga suara mobil dinyalakan terdengar, mobilpun melaju meinggalkan tempat Hyunjin asalnya keluar dari dalam hutan sana.
Semakin menangis Hyunjin yang terbaring meringkuk di dekat kardus yang isinya entah apa itu, ia benar benar merasa lega kala yang ia harapkan memberikan setitik cahaya baginya.
Memikirkan ia yang terbebas dari siksaan penyandranya begitu menenangkan hati, jika harus di ibaratkan, Hyunjin adalah manusia yang paling bahagia untuk saat ini. Yang paling bahagia sampai ia menangis nyaring karena terharu akan perjuangannya melewati hutan sampai jatuh berkali-kali tapi hasil tidak menghianati perjuangan.
_________________________________________
Ceritanya agak dirubah dikit ngahah..
Ini pernah di up sebelumnya, belum ada dialog karena sengaja bikin narasi doang di chap NOLKalo kalian penasaran, saya lanjutin kok...
Kalo mau sih itu juga
😏
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog Renjana // ChanJin
FanfictionTerjebak dalam sebuah kesalah pahaman salah satu dari dua insan yang bersama, apakah kisah ini akan menghantarkan pada cerita pilu penuh dera dan air mata ataukah senyum indah disertai tawa bersama. Bangchan (dom) Hyunjin (sub) Jumat, 11 Februari...