Bab 4

52 43 3
                                    

Keesokan harinya, Thalassa bangun dengan perasaan campur aduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Thalassa bangun dengan perasaan campur aduk. Malam yang mencekam masih membekas di pikirannya, tapi dia tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Setelah bersiap-siap dengan rutinitas pagi, dia turun ke dapur, berharap bisa menemukan sedikit ketenangan dalam sarapan pagi. Namun, perasaan cemas tetap mengikuti setiap langkahnya.

Ayahnya sudah berada di meja makan, tampak sibuk membaca koran sambil menyeruput kopi. Ketika melihat Thalassa, dia tersenyum tipis. "Pagi sa. Tidurmu nyenyak?"

Thalassa mengangguk pelan sambil mengambil tempat duduk di meja. "Ya, yah. ibu udah pulang?"

Ayahnya hanya mengangguk, memahami tanpa perlu penjelasan lebih lanjut. Mereka berdua menikmati sarapan dalam keheningan yang aneh, seolah masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.

Setelah sarapan selesai, Thalassa segera bersiap untuk berangkat ke sekolah. Dia mengenakan seragamnya dengan rapi, memeriksa segala keperluannya di tas, dan berpamitan kepada ayahnya. "Aku berangkat dulu, Yah."

Ayahnya menatapnya sejenak, tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya hanya berkata, "Hati-hati di jalan. Jangan lupa untuk berhati-hati dengan siapa pun di luar sana."

Thalassa mengangguk dan segera melangkah keluar. Udara pagi terasa lebih dingin dari biasanya, sisa-sisa hujan tadi malam masih membasahi jalanan. Dengan motor kesayangannya, dia melaju ke sekolah dengan perasaan yang sedikit lebih tenang, tapi tetap waspada.

Sesampainya di sekolah, suasana seperti biasa siswa-siswa bercengkerama di koridor, beberapa tergesa-gesa masuk ke kelas, sementara yang lain masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Namun, bagi Thalassa, hari ini terasa berbeda. Ada rasa gelisah yang terus-menerus menghantuinya, meski dia berusaha menepisnya.

Di kelas, Thalassa mengambil tempat duduknya di bangku paling depan, seperti biasanya. Pelajaran dimulai dengan tenang, namun konsentrasinya terganggu oleh pikiran tentang teror yang selama ini ia alami. Dia berusaha untuk tetap fokus, tetapi suara-suara di sekitar dan bayangan ancaman itu terus mengganggu.

Selama istirahat, Thalassa pergi ke kantin bersama Atha, Keyza, dan Reyna. Mereka duduk di pojok seperti biasa, namun kali ini Thalassa lebih banyak diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Assa, lo baik-baik saja?" tanya Atha dengan nada khawatir, menyadari perubahan sikap sahabatnya.

Thalassa mencoba tersenyum, meskipun hatinya tidak sepenuhnya tenang. "gue baik. sedikit lelah saja," jawabnya singkat.

Namun, tatapan Atha yang penuh perhatian menunjukkan bahwa dia tahu ada sesuatu yang lebih dari sekadar kelelahan. "Kalau ada yang mengganggu pikiranmu, jangan ragu untuk cerita, oke?"

Thalassa mengangguk, tapi tetap tidak berkata banyak. Dia merasa sulit untuk berbagi tentang apa yang sebenarnya dia alami, bahkan kepada teman-teman terdekatnya.

Thalassa [on going & revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang