Bab 1

159 62 25
                                    

☉☉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☉☉

Thalassa araelyn skadi gadis yang kini memasuki XI MIPA 4 SMA 2 BANGSA. gadis yang biasa disapa Thalassa, biasanya tokoh utama perempuan dalam sebuah novel menjadi primadona diangkatannya. Tapi tidak dengan Thalassa araelyn skadi. ia terkenal di kalangan ibu-ibu kompleks rumahnya dengan kehebatan dan hal mengekspresikan perasaan ke dalam lukisannya.

Thalassa menjadi gadis yang cantik, calm, sopan santun, baik hati mampu menarik perhatian cowo-cowo tampan, termasuk zico aldebara cowo paling hits dan tampan katanya katanyaa. dia terpesona dengan perilaku Thalassa.

Thalassa anak satu-satunya dari Alaric wijaya skadi dan Sirena putri skadi. keluarganya sangat mendukung apapun keinginan anaknya. tapi ada satu keinginan Thalassa yang selalu ditentang yaitu perjodohan. Akankah thalassa menolak perjodohan tersebut dan lebih memilih orang lama?

Di tengah malam yang tenang, angin semilir dari jendela dan lampu kecil yang mampu menyinari kamar mungil Thalassa. Kasur dengan selimut putih san campuran biru yang menenggelamkan Thalassa dalam tidurnya.

Tiba-tiba...

Thalassa terbangun dengan nafas yang memburu dan detak jantungnya yang berdetak kencang. Sebuah mimpi yang begitu nyata menggantung di pikirannya, seperti kabut yang enggan menghilang. Dalam mimpi itu, ia melihat dirinya sebagai seorang anak kecil berusia 6 tahun, bermain di halaman rumahnya.

Di sana, di samping Thalassa berdiri, ada seorang anak laki-laki. Wajahnya samar, seperti tertutup oleh bayangan yang tak bisa diingat. Mereka sedang bermain, melempar batu ke udara sambil tertawa riang.

"akha, lihat ini!" Thalassa kecil berseru sambil melempar batu ke atas, mencoba membuatnya terbang setinggi mungkin. Namun, kesenangan itu berubah menjadi kepanikan ketika salah satu batu jatuh dan mengenai kepala anak laki-laki itu.

"AKHA AWASS!" teriak assa, suaranya penuh dengan ketakutan.

Darah mulai mengalir dari kepala akha, membuat Thalassa panik. Tanpa berpikir panjang, ia segera menarik membawa temannya ke dalam rumah, menuju Mama Rena.

Mama Rena, yang sedang membereskan dapur, terkejut melihat Thalassa menarik akha yang terluka. "Ya ampun, apa yang terjadi? Kenapa bisa sampai berdarah?" tanyanya dengan nada khawatir.

Thalassa kecil hanya bisa menunduk dengan rasa bersalah, sementara akha berusaha menahan air mata. Mama Rena dengan sigap membersihkan luka di kepala akha dan membalutnya dengan perban.

Setelah semuanya tenang, Thalassa memberanikan diri bertanya

"akha, apakah masih sakit?" akha menatap Thalassa, lalu tersenyum kecil meski masih meringis.

"Sedikit, tapi aku baik-baik saja," jawabnya pelan.

Meskipun rasa sakit itu nyata, mereka berdua tak bisa menahan tawa saat mengingat bagaimana akha tidak menghindar dari lemparannya sendiri, sehingga akhirnya batu itu mengenai kepalanya.

Thalassa [on going & revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang