Bab 5

55 39 6
                                    

☉☉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☉☉

Thalassa terbangun dengan perasaan yang sedikit lebih lega. Setelah rutinitas paginya, ia keluar dari kamar dan menemukan ayahnya di meja makan, seperti biasa.

"Pagi bu, yah." sapa Thalassa sambil mengambil duduk di sampingnya.

Ayahnya mengangguk sambil tersenyum tipis. "Pagi, Sa. Bagaimana tidurmu semalam?"

Thalassa menghela napas sebelum menjawab, "Cukup nyenyak. Aku akan mencoba lebih terbuka tentang perjodohan itu, tapi aku masih butuh waktu."

Ayahnya menatapnya dengan penuh perhatian, tampak sedikit terkejut namun senang mendengar kata-kata Thalassa. "Itu keputusan yang bijak, Sa. Ayah tahu ini bukan hal yang mudah, tapi yang penting adalah kamu tetap jujur dengan perasaanmu sendiri."

"mungkin ibu akan menyuruh mereka segera datang" ucap ibu rena dan mendapat anggukan dari ayahnya.

Mereka melanjutkan sarapan dalam keheningan, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka. Setelah selesai, Thalassa bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia tahu hari ini akan menjadi hari yang sibuk, dengan semua hal yang harus ia hadapi baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Di perjalanan menuju sekolah, Thalassa berusaha fokus pada lomba-lomba yang harus ia persiapkan. Ia merasa sedikit lebih baik dengan keputusan yang ia buat, namun masih ada kekhawatiran tentang ancaman yang diterimanya kemarin. "gue pilih lombanya yang mudah dulu aja kali yah," pikirnya.

Sesampainya di sekolah, Thalassa langsung menuju kelas dan duduk di bangkunya. Pelajaran pertama dimulai, dan Thalassa berusaha untuk benar-benar tenggelam dalam materi yang diajarkan.

Saat jam istirahat tiba, thalassa pergi ke ruang guru untuk bertemu dengan bu sri.
Setelah selesai berbicara dengan Bu Sri tentang lomba, Thalassa keluar dari ruang guru dengan perasaan sedikit lega.

Namun, bayangan percakapan yang harus ia lakukan dengan Zico kembali menghantuinya. Ia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang perlu diselesaikan, meskipun hatinya berat.

Thalassa mengirim pesan kepada Zico untuk menemuinya di tempat yang biasa mereka duduk bersama di belakang sekolah. Sebuah sudut yang sepi dan jarang dilewati orang, tempat di mana mereka sering menghabiskan waktu bersama.

Zico datang beberapa menit kemudian, tampak bingung dengan ajakan mendadak Thalassa. "Ada apa, sa? Lo kelihatan serius banget."

Thalassa menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar. "Zico, gue… gue pikir kita harus bicara soal hubungan kita."

Zico mengernyit, mencoba menangkap maksud dari kata-kata Thalassa. "Bicara soal hubungan kita? Maksud lo apa?"

"Zico, gue pikir… kita harus mengakhiri ini. Gue nggak bisa terus kayak gini. Ada banyak hal yang gue pikirkan, dan gue nggak yakin kita bisa lanjut," ujar Thalassa dengan suara yang bergetar.

Thalassa [on going & revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang