Bab 9

9 9 1
                                    

☉☉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☉☉

suasana di kelasnya menjadi lebih hangat dari biasanya. Pagi itu, sebelum jam pelajaran dimulai, teman-teman Thalassa di kelasnya, terutama Atha, Keyza, dan Reyna, tidak henti-hentinya mengucapkan semangat.

“semangat yah assa” kata Keyza dengan penuh semangat sambil menepuk punggung Thalassa.

Thalassa tersenyum lebar, meskipun sedikit malu. “Thanks, key. semoga bisa bawa nomer satu”

Atha ikut menambahkan, “Gue bangga banget punya sahabat yang jago melukis kayak lo.”

Reyna, yang sedari tadi diam, menatap Thalassa dengan tatapan bangga. “untuk menyemangati thalassa, Gimana kalau kita beli bakso di depan sekolah nanti? Gue traktir deh.”

“Serius lo, Rey?” tanya Thalassa dengan antusias.

“Iya, biar ada momen spesial buat ngerayain kemenangan lo!” Reyna berkata dengan senyum lebar.

"masa lo yang traktir, harusnya gue" ucap thalassa
"yaudah yuks gass"

Teman-teman mereka yang lain mendengar percakapan itu pun ikut setuju dan langsung bersemangat. Bakso depan sekolah memang terkenal enak.

Saat bel istirahat pertama berbunyi, mereka semua keluar dari kelas, beramai-ramai menuju gerobak bakso yang ada di depan sekolah. Penjual bakso itu sudah menjadi langganan mereka sejak lama, jadi mereka semua sangat akrab dengannya.

“Pak, pesen bakso satu mangkok gede!” kata Atha sambil tersenyum pada penjual bakso.

“Eh iya? ada yang ulang tahun, ya?” tanya penjual bakso sambil tersenyum.

“Bukan, Pak,” jawab Thalassa sambil tersipu. “Tapi saya mau ikut lomba lukis, Pak.”

Penjual bakso itu mengangguk bangga. “Wah, hebat sekali! semangat yah nak thalassa!”

Semua teman-teman Thalassa bersorak riang. Mereka duduk di kursi plastik di sekitar gerobak bakso, sambil menunggu bakso mereka disajikan. Obrolan mereka pun dipenuhi dengan canda tawa.

“assa, lo bakal ikutan lomba selain lomba lukis nggak?” tanya Atha sambil menyeruput kuah bakso.

“ada sih, kalau ada waktu lagi. Tapi mungkin waktu latihan sedikit karena jarak waktu antar lomba itu sedikit,” jawab Thalassa sambil tersenyum.

“Lo pasti bisa, sa. Gue yakin banget!” seru Keyza sambil mengangkat sendoknya ke udara seolah-olah memberi semangat tambahan.

Namun, kegembiraan mereka mendadak terhenti saat mendengar suara bel yang berbunyi panjang. Mereka sadar bahwa bel tersebut menandakan akhir dari jam istirahat dan awal dari pelajaran berikutnya.

“Waduh, gue belum selesai makan. elah!” ujar Reyna panik.

“Tenang ges, masih ada beberapa menit lagi kok. Lagian, hari ini gurunya kan nggak masuk,” kata Atha dengan santai.

Thalassa [on going & revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang