5. Menginap Saja Disini

16 2 0
                                    

Enam bulan kemudian,

Agatha duduk di depan gadis kecil berseragam sekolah. "Hai cantik. Mau nambah ice cream lagi?" Tanya Agatha Lien. Ia pun menikmati ice cream miliknya juga.

"Nggak tante. Nanti ayah marah kalau kebanyakan makan ice cream."

"Oke, habiskan dulu nanti tante antar kamu pulang." Gadis kecil itupun menganggukkan kepalanya dengan senang.

"Enak?"

"Enak."

"Chareline Violette, siapa yang buat nama itu?"

"Kata ayah, Ayah yang buat."

Agatha tersenyum, sudah hampir dua tahun ini ia bertemu dengan Chareline Violette dengan diam-diam tanpa sepengetahuan ayahnya, Arya Gavino. Gadis kecil yang sangat ingin ia bawa menjadi miliknya.

Atchim!

Bersin anak kecil itu mengagetkan lamunannya. "Vio sakit?"

"Enggak, tante."

Agatha memegang dahi Vio. Tidak hangat, tetapi sudah beberapa kali Vio bersin dan menggosokkan hidungnya berulang kali. "Habis ini kita ke dokter dulu, oke."

"Nggak tante."

"Ya sudah. Kalau ada apa-apa atau Vio lagi sakit, bilang tante ya."

Vio menganggukkan kepalanya. Gadis polos itu terus tersenyum dengan wajah merah.

*

Setelah mobilnya berhenti di halte yang tidak jauh dari kediaman Arya Gavino, Chareline Violette pun turun dari mobil. Gadis itu mulai melambaikan tangan dan segera berjalan menuju sebuah rumah yang berjarak 100 meter dari halte tersebut.

"Hati-hati" Kata Agatha, wanita yang terus mengamati Vio sampai ke depan rumah.

Gerbangpun mulai gadis kecil itu buka, ia pun mulai masuk kedalam. Tidak terlihat kembali, Agatha pun menancapkan gas mobilnya pergi dari halte tersebut.

"Rasanya tenang sudah menikah." Gumam Agatha. "Bohong."

Drttt!

Agatha menekan tombol hijau di ponselnya. Memasang earphone di telinga kirinya. "Satu bulan ini aku akan di Malaysia."

"Tidak apa. Bersenang-senanglah disana, Bian."

"Ya, jaga dirimu."

Bunyi ponsel di tutup pun terdengar.

*

Agatha mulai membuka pintu apartementnya. Hari sudah malam, sangat lelah jika ia kembali kerumahnya yang membutuhkan satu jam lagi dari apartemennya. Rapat mendadak sore tadi sangat menguras tenaganya memang. Perdagangan brand terbarunya mendapat lonjakan pemesanan, padahal hanya stok terbatas. Pelanggang yang komplain itu ingin segera mendapatkan brand kosmetik miliknya. Terpaksa Agatha mengadakan tim dadakan dan melakukan pemroduksian kembali.

Agatha mulai masuk kedalam, hanya heran dengan ruang tamu yang menyala. Ia sangat ingat jika ia pergi selalu mematikan lampu rumahnya. Wanita itupun mulai masuk kedalam tanpa rasa takut.

Pria jangkung tengah tidur merebah di atas sofa. Agatha pun menghela nafasnya. "Mengagetkan saja." Gumam Agatha.

Wanita itu pun mulai mendekat. Mendudukkan dirinya di lantai, tepat di samping sofa tempat pria itu merebah. Jarinya mulai menelusuri rambut pria itu yang berantakan. "Maaf, kak." Ucap Agatha. Kepalanya ia letakkan menyandar pada pinggiran sofa. Matanya terus mengamati wajah pria yang tenang itu.

***

Seorang pria terbangun dari tidurnya. Kakinya mulai melangkah menuju kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air. Pikiran dan matanya pun kembali jernih. Apa yang ia lakukan sekarang? Tanyanya dalam hati. Seorang pria bersitri dan mempunyai anak itu tengah berada di apartemen wanita lain. Pria itu adalah Arya Gavino.

Arya tertawa kecut. "Aku tahu kamu tidak mencintai Bian, Agatha. Kenapa kamu menikahinya." Kesal Arya. Ia pun mengeluarkan dirinya dari kamar mandi. Matanya menemukan Agatha tengah berkutik di dapur. Ia kira, Agatha tidak akan ke apartement.

"Kenapa kamu kesini?"

"Tidak boleh?"

"Istrimu dirumah."

"Suamimu juga dirumah."

Agatha menghela nafasnya. Ia mulai berjalan menuju kursi bartender. Menyerahkan coffe hangat pada Arya. "Sudah berapa kali aku jelaskan, kak. Aku membantumu. Aku tidak terima kamu seperti sekarang ini. Mengenaskan."

"Mengenaskan? Sangat kejam kata-katamu, Agatha."

"Besok pagi segera pulang kerumah. Bawa Vio kerumah sakit."

"Kenapa?"

"Periksakan saja dia. Aku takut istri gilamu itu menelantarkan Vio." Kesal Agatha. Arya pun menganggukkan kepalanya.

"Menginap disini saja, Bian sedang di Malaysia." Ucap Agatha sebelum meninggalkan Arya seorang diri di dapur. Wanita itu mulai naik ke lantai dua dan memasukkan dirinya kedalam kamar.

***

Malam itu memang lebih dingin daripada malam-malam sebelumnya. Mungkin akan memasuki musim kemarau. Agatha pun melihat kalender di atas nakas. Melihat tanggal yang diwarnai merah disana. Sebuah tanggal penghitungan siklus menstruasinya.

Agatha pun mulai meletakkan kalender itu kembali pada tempat semula. Lalu, tangannya beralih menarik laci nakas dan mengamati tablet yang tergeletak disana. Bibirnya menyungging. Tangannya menutup kembali laci nakas itu. Wanita itupun langsung berdiri dan mengeluarkan diri dari kamar.

"Kak Arya, kamu bebersih di kamar mandi tamu?" Tanya Agatha melihat Arya sudah mengenakan celana panjang dengan kaus putihnya saja. Tangannya pun sibuk menggosok rambut kepalanya.

"Menunggumu terlalu lama, Agatha." Jawab Arya.

Agatha sudah berdiri dibelakang sofa, tepat sekali berada dibelakang Arya duduk. Tangannya meraih handuk di tangan Arya dan menggantikannya. Menggosok dengan pelan rambut pria itu.

"Andai...,"

"Apa?" Tanya Arya. Agatha diam, ia terus melanjutkan aksinya menggosok rambut Arya. "Andai aku berpisah dengan Viona, bukan?" Lanjut Arya.

Agatha tetap diam, tangannya mulai berhenti menggosok. Ia mulai duduk di samping Arya. "Bukan, bukan itu. Andai Alegia disini. Aku mau bertemu dengannya saja."

"Apa itu? Hanya mengalihkan pembicaraan." Kesal Arya. Pria itu mengambil ponselnya di atas meja. Seperti membalas pesan singkat dari seseorang. Agatha pun menghela nafasnya. Membanting punggungnya menyandar pada sofa. "Alegia baru saja kirim pesan, dia sedang sibuk mengurus anaknya." Lanjut Arya.

"Kak Arya." Gumam Agatha. Tangannya bergelayut pada kaus Arya. "Mau tidur denganku?" Lanjutnya. Arya pun sedikit terkaget. Memang sejak dulu, ia sering memulangkan dirinya ke apartement Agatha. Apartement yang hanya dirinya dan Agatha yang tahu saja. Namun, ia disini hanya menenangkan dirinya, bukan untuk berselingkuh dengan Agatha. Bahkan, Arya hanya menganggap Agatha sama seperti Alegia.

***

[Rabu, 05 Mei 2024]
Jangan lupa like dan komen.
See u next part!

Hello, AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang