chapter 02 ; harmonis

50 19 12
                                    

|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|.|


Kediaman rumah Alaia yang ditempati oleh 5 orang itu terlihat menampilkan keceriaan. Pasalnya, sang kepala keluarga baru saja pulang dengan membawa 2 kantong plastik berisi makanan.

"Ayah!" Seru sang anak perempuan.

"Ayah, bawa apa?" Tanyanya penasaran. Diikuti oleh gerakan tangan yang membuka bungkus plastik berwarna putih tersebut.

Belum sempat sosok yang dipanggil Ayah itu menjawab—Alaia bersuara dengan lantang, membuat seisi rumah mengalihkan atensi ke arahnya.

"Wow! Ayam bakar," ucapnya dengan mata berbinar.

"Ambil piring dulu di dapur, nak. Kita makan sama-sama." Ibu-nya berkata.

"Kamu sudah makan, belum?" Tanya Shanti kepada Hari, suaminya.

"Sudah, itu habisin aja buat kalian semua." Setelah berkata demikian, kakinya membawa ia menuju kamar untuk membersihkan diri dari aktivitas yang padat hari ini.

Dengan senyuman yang masih betah di wajah cantiknya, Alaia setengah berlari ke arah dapur untuk melaksanakan perintah sang Ibu.

Begitu sampai lagi di ruang tengah, perasaan senangnya yang membara langsung terganti dengan amarah yang siap meledak.

Hal itu karena, sang kakak—mencoba mengambil 4 potong ayam dan hanya menyisakan 2 potong saja. Tentu, Alaia tak terima karena ia adalah seorang fans nomor 1 Ayam.

"Issh, kak Aril kok ngambil banyak banget," ucapnya dengan nada kesal.

"Apaan sih, orang laper ya makannya banyak." Balas laki-laki itu.

"Tapi gak boleh dihabisin, yang lain nanti gak kebagian," tuturnya lagi.

"Udah, jangan ribut. Aril, kembaliin satu ayamnya." Shanti berkata tegas.

"Gakpapa ambil aja untuk Aril, ibu gak usah," suara sang Oma menimpali.

"Loh, jangan Bu. Aril udah banyak itu 3 potong ayam. Untuk Ibu satu, terus dua nya lagi untuk Alaia," balasnya.

Permasalahan ayam itu berakhir dengan Aril yang menuruti perkataan Ibu-nya, dan menyantap makanannya dengan senang hati.

Alaia duduk menghadap meja, dan mengambil dua potong ayam dengan raut muka yang kembali cerah. Ditemani TV yang menayangkan kartun kesukaannya—Upin & Ipin.

ALAIA : Bound by Misery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang