chapter 08 ; perasaan baru?

9 2 0
                                    

|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

| . |


Suara bising murid sekolah umur 10 - 11 Tahun memenuhi sebuah ruangan yang memiliki dinding bercat cream tersebut. Ada yang bercanda sesama teman—ada yang bercerita dengan lantang dan ada yang berteriak tak jelas entah karena apa.

Alaia mengikuti langkah kaki Shaka yang berdiri di tengah-tengah kelas, menghadap ke arah teman kelasnya yang masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

"Guys, perhatian semuanya!" Suara Shaka mengambil alih seluruh perhatian orang disana. Membuat pasang mata menatap lurus ke pusat ruangan.

"Jadi, kan hari Kamis Bu Erna Ulang Tahun. Kalian setuju gak kalau kita rayain Ulang Tahun Bu Erna?" Tanya Shaka.

Respon pun langsung ditunjukkan oleh mereka. Banyak yang berteriak setuju, namun ada juga yang menyuarakan ketidaksukaan mereka terhadap ide itu.

"Nanti kita sokongan untuk beli kue sama kadonya," tutur Alaia menambahkan.

"Tuh kan, sokongan lagi. Kami gak setuju, ah." Faraj menyangkal.

"Iya, gak setuju! Kalau sokongannya 2 ribu, baru kami mau" Tutur anak laki-laki lain.

Alaia tertawa kecil, menganggap pernyataan itu sebagai bualan semata. Tak heran, melihat tingkah laki-laki di kelas mereka pasti selalu nyeleneh dan tak serius.

"Jangan aneh-aneh ya, gak cukup kalo kita sokongan cuma 2 ribu." Balas Shaka.

"Jadi, sokongan berapa, Sa?" Tanya Ansya.

"Karena jumlah kita 35 orang, jadi kita sokongannya 5 ribu ya. Uang nya kumpul di aku mulai hari ini sampai besok." Jelas Shaka.

"Bisa request hadiahnya, gak?" Rafael bertanya spontan.

"Request apa?" jawab Shaka.

"Sepatu Adidas dong yang keluaran terbaru." Ucap Rafael.

"Yang ulang tahun itu Ibumu Rafa, bukan kamu." Balas Alaia.

"Loh, aku sebagai anaknya gak dapet jatah juga?" Tanya Rafael bercanda.

Alaia menggelengkan kepala sebagai jawaban, lantas menggerakkan kakinya menuju tempat duduk yang berada dekat dengan meja guru.

"Udah itu aja yang mau aku omongin, jangan lupa bayar sokongan ya!" Shaka menyusul Alaia yang pergi lebih dulu menuju tempat duduknya yang sekarang dikerubungi oleh teman mereka yang lain.

"Al, siang ini les ya, jangan lupa" Ucap Adela.

"Iyaa, nanti pergi bareng ya"

"Ikut dong, aku mau barengan juga" Ucap Shaka tiba-tiba.

"Dateng aja ke rumah Ansya, nanti kita pergi bareng dari situ" Ucap Hana.

"Ada Bu Erna!!!!"

Suara melengking itu menjadi pertanda bagi mereka untuk meninggalkan waktu bercanda dan duduk di kursinya masing-masing. Mengeluarkan buku sesuai mata pelajaran yang tertulis di pojok dinding—juga sepasang alat tempur seperti pena dan tip-x yang selalu menjadi benda favorit mereka untuk menjalankan kewajiban.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALAIA : Bound by Misery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang