|.|
Hari demi hari berlalu meninggalkan kenangan yang bertumpuk dan membekas di Hippocampus—tempat ingatan episodik dibentuk untuk diakses oleh pemiliknya.
Kehidupan Alaia masih diberkati oleh Tuhan. Ia tak memiliki masalah keluarga, pun tak ada yang mengganggu nya di sekolah. Ia juga mendapatkan nilai rapot yang selalu memuaskan terbukti dengan peringkatnya yang berada di nomor 2, dimana title itu berhasil ia raih selama 3 tahun belakang.
Tetapi, gadis kecil itu belum paham arti kehidupan yang sesungguhnya. Sehingga, saat ia dihadapkan oleh masalah masalah kecil, ia pikir jika itu hanya sekedar angin lalu. Dan tak mungkin masalah yang lebih besar akan datang menimpanya.
Karena yang Alaia tahu kehidupannya sudah sempurna. Ia tak ingin meminta apapun lagi, selain hanya kehidupan yang sedang ia jalani.
Hari Senin merupakan hari dimana hectic-nya kehidupan bersosial. Di kelas yang baru, Alaia mulai membentuk pertemanan yang lebih luas. Ia sudah akrab dengan teman-teman kelasnya, tak lupa juga dengan beberapa teman laki-laki yang humoris dan ramah sekali untuk berbagi cerita dengannya.
Pada akhirnya Shakayla dan Alaia tak akan pernah bisa berpisah apalagi bermusuhan. Setelah naik ke kelas 4, mereka semakin dekat dan menjalin hubungan persahabatan yang erat.
Ansya, Adela, dan Hana tak lupa menjadi teman dekat yang memiliki kedudukan setara dengan Shakayla. Mereka pada akhirnya, sepakat untuk bersatu dan mulai menerima satu sama lain. Meski, jelas sekali sifat Shakayla yang Bossy sangat dibenci oleh mereka semua.
Dan tak ada yang bisa dilakukan oleh mereka yang berada di bawah Shakayla, selain hanya menerima semua perlakuan perempuan itu.
"Al, kamu mau gak duduk sama aku?" tutur Ansya, mengalihkan perhatian Alaia yang semula sedang bercanda dengan temannya yang lain.
Di ruang kelas yang berisi lebih dari 30 siswa/siswi, terlihat bagaimana keadaan pagi itu yang ricuh dikarenakan belum adanya sang guru yang akan menuntun mereka untuk belajar.
"Hm ... boleh, kita belum pernah duduk sebangku" jawab Alaia, setelah berpikir beberapa saat.
"Makasih ya Al, semoga pintarnya kamu nular ke aku nanti" balas Ansya tak lupa memberikan senyum tulusnya.
Gadis berambut sebahu itu menganggukan kepalanya dengan riang, senyum cerah tak pernah lepas dari wajah cantiknya.
"Kalau hari ini pulangnya cepet, kita main yuk." Ucap Shaka tiba tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAIA : Bound by Misery
De TodoAlaia merasa dipermainkan oleh dunia. Ia pikir kehidupan sempurna benar-benar ada. Nyatanya, ia dibawah melambung tinggi hanya untuk dijatuhkan sampai ke dasar tanah. Hidup bahagianya ditukar dengan kehancuran yang datang secara tiba-tiba. Lalu, bag...