chapter 01 ; berpindah

177 24 15
                                    

|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|.|


⏱️ 08.45 WIB

Seorang bayi berumur 4 tahun terlihat sedang sibuk bermain dengan barang yang ada di hadapannya, tak peduli dengan penampilan ruang tamu tersebut yang berubah menjadi kapal pecah (istilah yang biasa digunakan ibu-ibu) untuk mendeskripsikan kondisi rumah yang berantakan.

Dering ponsel bergetar mengisi kesunyian seisi ruangan, pertanda bahwa ada panggilan yang masuk menunggu untuk dijawab.

"Assalamualaikum, Shanti. " Suara seorang perempuan paruh baya di ujung telepon tersebut terdengar nyaring di kediaman rumah.

"Wa'alaikumussalam, bu. Kenapa menelpon, pagi-pagi?" Jawab sang empu yang sedang duduk di sofa memperhatikan sang anak perempuan yang masih sibuk dengan mainannya.

"Gakpapa, ibu cuman mau tanya kamu kapan pindah ke rumah ibu? Ibu kesepian gak ada yang menemani disini."

"Iya bu, kemungkinan besok kami baru pindah ke rumah ibu. Karena sekarang rumah masih belum bisa ditinggal, banyak perabotan yang mau kami bawa."

"Oh yasudah, ibu tunggu ya kalian ke rumah. Assalamualaikum," ucap sang penelepon dan langsung memutuskan panggilannya setelah mendapat balasan dari seberang.

"Wa'alaikumussalam bu," balas-nya. Ia lalu beralih meletakkan ponsel pintarnya ke atas meja di samping sofa. Setelah itu beranjak mendekati seorang bayi perempuan yang memiliki pipi chubby dan bibir kecil-persis seperti pencampuran antara dirinya dengan suaminya.

"Anak ibu, besok kita pindah ke rumah nenek ya. Kita bakal tinggal disitu bersama ayah dan kakak." Senyuman mengembang begitu mendapat balasan berupa senyuman dari sang bayi yang sedang berusaha merangkak ke arah pelukannya.

"Semoga di tempat yang baru kita bisa betah ya, nak. Ibu berharap kehidupan Alaia menjadi lebih bahagia saat bersama dengan Oma." Kekhawatiran yang sempat terlintas di kepala-di usirnya jauh dari ingatan. Entah pertanda apa yang hendak diberikan Tuhan, Ia berharap keputusan ini merupakan pilihan yang tepat dan tidak akan membawa penyesalan.

Ya, semoga saja.


|.|

Memasuki masa sekolah merupakan kebahagiaan dari setiap orangtua. Karena, mereka akan melihat pertumbuhan sang anak baik dari segi fisik maupun psikis-Nya.

Lingkungan yang baru ini-ternyata tak seburuk dengan apa yang ada di pikiran Ibu dua anak tersebut. Setelah bertahun-tahun tinggal di hunian Ibu-Nya atau Oma dari Alaia, Shanti berucap dalam hatinya bahwa semua akan baik baik saja.

ALAIA : Bound by Misery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang