Alaia merasa dipermainkan oleh dunia. Ia pikir kehidupan sempurna benar-benar ada. Nyatanya, ia dibawah melambung tinggi hanya untuk dijatuhkan sampai ke dasar tanah. Hidup bahagianya ditukar dengan kehancuran yang datang secara tiba-tiba. Lalu, bag...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
|.|
Perubahan tahun dengan semester baru mengawali awal bulan Januari di sebuah Sekolah sederhana yang menyimpan berbagai cerita. Baik itu cerita menyenangkan sampai cerita yang tak banyak orang ketahui.
Alaia duduk di kursi bersama seorang perempuan yang memiliki proporsi tubuh lebih kecil darinya. Tungkai kaki yang ada di bawah meja bergerak ribut tanpa henti—membuat sekitarnya sedikit terganggu akan pergerakan anak itu.
Meski guru di depan sedang menerangkan materi matematika yang lumayan rumit, Alaia seperti tak bisa fokus seperti biasanya. Entah mengapa, ada sedikit ketidakpastian yang muncul di pikirannya.
Pupil mata berulang kali melirik ke arah pintu yang terbuka, membiarkan angin di siang hari itu masuk menyejukkan ruangan. Dan ketika ia beralih menatap buku tulisnya yang sedang mencatat poin penting di papan tulis—tubuhnya tersentak kala menyadari ada langkah kaki seseorang yang masuk ke dalam kelas.
Di dampingi oleh satu orang guru perempuan yang berbadan gemuk, sosok perempuan di samping guru itu berhasil menarik perhatian Alaia sehingga ia tersenyum dan melambaikan satu tangannya.
"Hai, Dina...." Alaia menggerakkan mulutnya tanpa bersuara menyapa lawan bicara yang sudah menjadi teman kecilnya itu.
Dina di sisi lain balik menyapa Alaia dengan senyum manisnya, dan bersiap memperkenalkan diri ke hadapan siswa-siswi yang ada di kelas ini.
"Hai, teman-teman perkenalkan nama aku Dina. Aku pindahan dari Jambi, salam kenal semuanya" Dina berucap dengan percaya diri, tak terdengar getaran di suara yang ia keluarkan.
"Hai, Dina. Salam kenal juga ... "
"Halo, Dina ...."
Sorak dari beberapa orang di kelas ini memanggil nama Dina dengan ramah, menunjukkan kehangatan atas orang baru yang datang di tahun ke empat mereka ini.
"Anak-anak, kalian kedatangan teman baru. Baik baik ya sama Dina," tutur guru yang mengantar Dina ke sini.
"Iya Buk ...."
"Buk, saya permisi ya" Lanjutnya.
"Iya, Buk Ratna, makasih banyak" Jawab Ibu Lasmi.
"Dina duduk di kursi yang kosong itu, ya. Untuk sementara di belakang dulu, kalau kamu gak nyaman nanti bisa pindah tukeran sama temen kamu" Tutur Bu Lasmi.
"Iya, Bu. " Dina menjawab singkat, lalu berjalan ke kursi yang berada di belakang, namun tidak paling akhir, masih ada kursi di belakangnya yang berisi satu orang lelaki dengan badan tinggi seperti orang dewasa.