Jika di hitung dan di ingat maka tepat hari ini Alexi sudah satu bulan dirinya resmi menjadi murid di Galaxy Senior High School. Hari - harinya pun seperti biasa dan tidak ada hal yang luar biasa, yang ada malah masalah - masalah milik temannya hingga dirinya ikut pusing sendiri karena memikirkan dan mencoba membantu mencari jalan keluarnya.
Ngomong - ngomong mengenai masalah, masalah Tara pada bulan lalu sudah selesai. Meskipun selesai tidak sesuai dengan yang Tara inginkan. Papa Tara masuk penjara karena dakwaan penggelapan dana proyek pemerintah, sedangkan Mamanya berakhir mengambil keputusan dengan bercerai dan pindah tempat tinggal ke luar kota. Karena kepindahan Tara dan media berita yang menyiarkan selama satu Minggu penuh mengenai kasus Papanya membuat hubungan Tara dengan Ovi semakin buruk hingga pada ujungnya Tara harus merelakan Ovi, kekasihnya yang sudah bersamanya selama dua tahun kebelakangan ini.
Lalu Alexi sendiri sekarang sedang memenuhi janjinya sendiri pada Vanilla untuk berkunjung ke kediaman orang tuanya yang berada di Pulau Dewata.
Pagi - pagi sekali Alexi sudah berada di bandara internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Di landasan pacu Alexi sudah dapat melihat pesawat dengan logo Dirgantara's Family milik keluarganya. Beberapa jam lalu Alexi sempat mendebatkan perkara pesawat yang akan membawanya kembali ke Pulau Bali. Dirinya cukup mampu dan bisa untuk memesan tiket pesawat first class. Namun Melvin Dirgantara tidak memberinya ijin dan langsung menyiapkan pesawat pribadi untuk Alexi.
"Ayolah, Nak. Keamananmu lebih terjaga dengan penerbangan yang akan aku siapkan ini. Lagi pula apakah kau tidak kasihan padaku jika pesawat itu jadi rongsokan karena tidak pernah digunakan?" Kalimat daddynya masih jelas dalam ingatannya. Pria tua itu memang sangat sombong dan lebih menyebalkan dari Vanilla.
Jadi rongsokan karena tidak pernah digunakan? Omong kosong! Alexi memang tidak pernah mau tahu mengenai kebiasaan daddynya yang aneh mengoleksi barang - barang mahal. Tapi Alexi juga tahu betul bagaimana daddynya tersayang itu mengganti semua pesawat pribadi milik keluarganya setiap tiga atau lima tahun sekali. Dari semua anak Grandpa David memang hanya daddynya yang memiliki kebiasan - kebiasaan eksentrik dan diluar nalar manusia normal.
Tidak sampai dua jam lamanya Alexi sudah mendarat di bandar udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Sapaan angin sepoi - sepoi Pulau Dewata sejenak membuat Alexi memejamkan mata dan tersenyum kecil. Udara yang masih sejuk dan belum tercemar parah seperti Jakarta, paru - parunya akan nyaman jika dirinya mau menetap di Pulau ini.
"Welcome back to Bali Island, Mr. Alexi Dirgantara. Was your trip enjoyable?" Sapaan ramah dari salah satu tangan kanan daddynya dengan pin berwarna emas berlambangkan sayap burung gagah menempel pada jas hitam mahalnya.
"Semuanya berjalan lancar, cuaca hari ini cerah aku menyukainya." Ucap Alexi dengan berjalan terlebih dahulu untuk masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir elegan di dekat awak pesawat.
"Mrs. Dirgantara is waiting for you at the mansion."
"Jika begitu kita harus segera ke mansion untuk menemuinya." Kalimat terakhir dari Alexi sebagai permintaan dan perintah untuk Sandy.
Lalu lintas tidak terlalu padat mungkin karena ini belum musim liburan dan bukan hari libur sehingga perjalanan Alexi benar - benar lancar tanpa kendala apa pun. Mansion keluarganya cukup jauh dari Bandara tempatnya mendarat, namun itu bukan masalah besar Alexi tetap menikmati perjalanan daratnya ketimbang harus menaiki heli untuk sampai di mansion.
Jika orang - orang di luaran sana berfikir mansion milik keluarga Melvin Dirgantara yang berdiri kokoh di Pulau Bali adalah jenis mansion modern dan serba berteknologi canggih maka mereka semua salah kaprah. Melvin memang memiliki bisnis yang terfokus pada teknologi - teknologi termaju di negara ini, selain itu juga Melvin memiliki suatu bangunan besar yang digunakan untuk research mengenai sains dan teknologi. Dulu saat Alexi masih berusia 8 tahun dirinya pernah di ajak daddynya masuk ke dalam gedung besar itu. Paling tidak ada sekitar 35 ilmuwan yang menempati bangunan itu untuk terus mengembangkan penemuan terbaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Will be Destroyed
Ficção AdolescenteIni kacau. Benar - benar kacau bahkan untuk mengubah seperti sebelumnya terasa sangat mustahil. Namun dari semua masalah, kekesalan, kekecewaan dan kekacauan yang terjadi dalam kehidupannya akan tetap dia dekap hangat. Kekacauan ini dimulai dari ap...